Pusara Mbah Jaya, Makam Keramat Tersempil di Kebun Binatang Ragunan
Tersempil satu makam keramat di antara satwa-satwa yang hidup di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan. Merupakan pusara dari Eyang Sona Wijaya Sakti atau yang lebih sering disebut sebagai Mbah Jaya Ragunan.
Makam itu memang terletak tidak terlalu dekat dengan kandang satwa di Ragunan, tepatnya berada persis di sebelah danau keramat.
Bagian depan makam itu bernuansa cat hijau muda dengan pusara makam berada di dalam bilik kayu yang terkunci dan baru dibukakan jika ada peziarah yang datang ke sana.
Di batu nisannya, tertulis namanya, Sona Wijaya Sakti dengan tulisan hijaiyah 'Inalillahi Wa Inailaihi Rajiun' di atasnya.
Tepat di samping makam, berdiri Musala Al Qodri yang juga kerap digunakan oleh para peziarah untuk salat.
Penjaga makam keramat Mbah Jaya, Haji Nuril menyampaikan bagi peziarah yang hendak berkunjung ke sana, bisa masuk melalui Pintu Barat Kebun Binatang Ragunan.
Di sana, pengunjung akan meninggalkan identitas diri untuk diperbolehkan masuk ke dalam. Waktu berkunjung paling terakhir pada pukul 24.00 WIB.
Nuril mengaku peziarah di sana datang dari berbagai macam daerah tanpa batasan kepercayaan.
"Rata-rata yang sering datang ke sini ya, mimpi suruh datang ke beliau, kadang ketemu sama beliau mewujud siapa-siapa, ada yang bilang Raden Jaya, ada ini, seperti itu," kata Nuril ketika ditemui di lokasi, (9/3).
Namun, Nuril tidak bisa menjelaskan sejak kapan makam itu sudah ada di sana, begitu pula dengan silsilah Mbah Jaya.
Menurutnya, riwayat beliau terputus. Tetapi Nuril menjelaskan makam itu sudah ada di sana jauh sebelum Kebun Binatang Ragunan didirikan.
Ia juga meyakini Mbah Jaya merupakan salah satu tokoh penyebar Islam di wilayah Ragunan dahulu kala.
"Riwayat beliaunya terputus. Jadi, riwayat beliau tidak ada yang tahu, kecuali 'perjalanan'. Jadi, peziarah di sini sesuai tingkatan masing-masing," ujarnya.
Sejarawan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Humaidi menjelaskan hingga kini memang belum ada catatan yang komprehensif menjelaskan sosok Mbah Jaya.
"Saya sendiri sebenarnya mengenai kisah-kisah ini, bukannya meragukan, tapi catatan-catatan ini memang tidak tergambarkan dengan baik. Catatan kita masih kurang komprehensif," kata Humaidi ketika ditemui CNNIndonesia.com, Senin (20/3).
Namun, ia juga tidak menutup kemungkinan jika mungkin pada zaman dahulu Mbah Jaya ini dituliskan sejarahnya menggunakan namanya yang lain.
"Orang sampai ke sini menyebutnya Seno, mungkin di masa lalu namanya bukan itu, itu yang harus diverifikasi," ucap dia.
Lihat Juga : |
Oleh karenanya, Humaidi menegaskan sejarah soal Mbah Jaya ini harus digali lebih dalam. Terkhusus bagi pemerintah untuk mengetahui asal-usul dari makam Mbah Jaya tersebut.
Kendati sejarahnya masih cukup simpang siur. Tetapi menurutnya, makam itu memiliki arti penting bagi masyarakat. Terbukti dengan banyaknya masyarakat yang berziarah ke sana.
"Selama masyarakat menerima dan digunakan untuk hal yang baik, ya silahkan saja. Masalahnya kan kalau digunakan untuk hal yang tidak baik," tegasnya.
Fenomena ziarah makam wali atau tokoh penyebar agama Islam merupakan tradisi turun-temurun yang sudah berakar kuat di kalangan umat Islam Nusantara sebagai bentuk penghormatan kepada nenek moyang.
(mnf/isn)