Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyatakan tak menutup kemungkinan subvarian Omicron XBB 1.16 alias Arcturus menjadi pemicu naiknya kasus virus corona (Covid-19) di Ibu Kota dalam beberapa pekan terakhir.
Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinkes DKI Ngabila Salama menambahkan saat ini Indonesia telah mendeteksi dua kasus Arcturus dengan laporan pasien yang berdomisili di Jakarta Selatan dan Utara pada Maret akhir lalu. Namun keduanya sudah dinyatakan pulih.
"Tidak menutup kemungkinan dikarenakan varian baru Arcturus yang menyebabkan kenaikan kasus, karena sudah terbukti terjadi transmisi lokal di Jakarta sejak 27 Maret kemarin," kata Ngabila saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (14/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ngabila melanjutkan gejala yang dialami pasien Arcturus di DKI tergolong ringan, namun pasien kedua sempat menjalani perawatan di rumah sakit lantaran mengalami radang paru atau pneumonia.
Ia juga mengungkapkan ada temuan pasien Arcturus ini memiliki gejala baru berdasarkan temuan di India, yakni mata merah dan peningkatan kotoran mata. Namun kedua pasien Arcturus di DKI Jakarta tidak mengalami gejala dan kondisi seperti itu.
"Tapi ada beberapa pasien Covid-19 yang perawatan di rumah sakit dan mengalami gejala mata merah. Sedang kami proses pemeriksaan untuk genome sequencing-nya" ujarnya.
Lebih lanjut, Ngabila membeberkan dalam sebulan terakhir, gambaran kasus Covid-19 di DKI Jakarta didominasi 64 persen gejala ringan. Kemudian 24 persen tanpa gejala, 10 persen gejala berat, dan persen sisanya gejala sedang.
Ngabila menyebut jumlah penambahan kasus virus corona harian di Ibu Kota mengalami tren peningkatan terpantau dalam sebulan terakhir. Berdasarkan hasil penelusuran kontak erat, peningkatan kasus ini terjadi di level keluarga.
Kendati demikian, ia menegaskan kondisi DKI Jakarta masih sangat terkendali lantaran mayoritas pasien Covid-19 mengalami gejala ringan sehingga hanya perlu isolasi mandiri.
"Apapun variannya masyarakat jangan panik, perkuat imunitas dengan pola hidup sehat dan imunisasi. Cegah sakit tetap lebih baik dengan disiplin bermasker terutama jika sedang sakit atau berdekatan dengan orang sakit," ujar Ngabila.
(khr/isn)