Sayup gema takbir mulai terdengar dari komplek Masjid Agung Banten pada Jumat (21/4) malam. Pasar tradisional di sekitarnya tetap ramai, menjajakan dodol, kurma, dan jajanan lainnya.
Pengunjung digoda dodol dan jajanan pasar lainnya. Keindahan bentuk 'jajanan' kampung itu seakan memaksa pengunjung untuk mampir dan merogoh kantong celananya.
Di sudut lainnya, orang-orang lainnya, dari sejumlah desa di Banten, berjalan pelan sambil menggandeng tangan keluarganya masing-masing. Mendekat ke area masjid. Melenggang mereka di antara pedagang asongan yang menjajakan air mineral dan kopi instan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sok, lima ribu air, air," teriak para pedagang.
Sambil menyeruput kopi hitamnya, seorang petugas keamanan, Mastoer dengan bersemangat menceritakan dibangunnya taman itu.
"Dulu ini kumuh, dirapihkan akhirnya, karena masjid ini kan ikonik buat orang Banten," kata dia.
Sembari melempar senyum lebar, Mastoer bersyukur atas kehadiran taman. Wilayahnya menjadi lebih rapih dan tertata. Semakin mendekat ke arah masjid, suara takbir semakin jelas terdengar.
Tiada henti-hentinya warga berdatangan usai berbuka puasa. Kian ramai saat azan Isya berkumandang. Tawa riang pengunjung yang duduk-duduk di pelataran masjid terdengar dengan jelas, menandakan Lebaran sudah tiba.
Anak kecil berpakaian nuansa lebaran berlari-larian dengan girangnya di pelataran masjid yang luas itu. Sementara orang tuanya bercengkerama dengan sanak saudaranya. Sesekali mengingatkan anaknya untuk tidak bermain terlalu jauh.
"Tong jauh-jauh, di dieu we (Jangan jauh-jauh di sini aja)," ujar orang tua itu mengingatkan sang anak.
Adapula yang menggelar nasi bungkus dan menyantapnya bersama keluarga melepas kepergian bulan suci Ramadan. Sementara di bagian dalam masjid peninggalan Kerajaan Banten itu, komat-kamit lantunan dzikir terdengar samar-samar.
Sebagian mereka menengadah tangannya tinggi memohon untuk dipertemukan dengan Ramadan tahun depan. Sekitar hanya sepuluh tapak kaki dari masjid, terdapat pusara Makam Sultan Banten, Sultan Maulana Hasanuddin.
Makam itu berada di dalam pintu kayu yang tertutup rapat dengan para penjaga duduk di depannya.
"ngikk," bunyi pintu itu seketika didorong.
Di dalamnya Lafalan doa dan tahlil di depan makam Sultan Banten itu terdengar dengan jelas. Dengan khusyuk mereka, para peziarah duduk bersila, berdoa dipimpin seorang pengurus makam.
Hasan rela jauh-jauh menempuh jarak dari Balaraja, Banten untuk berziarah ke Sultan Maulana Hasanuddin.
"Tiap tahun ke sini. Ramai di sini, jangan dibilang lagi," ujar Hasan ketika ditemui CNNIndonesia.com, Jumat (21/4).
Pemerintah menetapkan Idul Fitri 1444 Hijriah jatuh pada Sabtu 22 April. Maka malam ini, semua rakyat Indonesia menyambut datangnya hari bermaaf-maafan, menyambut hari kemenangan.
Lihat Juga : |