Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi mengatakan tim dokter akan melakukan autopsi psikologis retrospektif terhadap jenazah pelaku penembakan Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Hengki menyebut pihaknya menggandeng laboratorium forensik, khususnya dalam penggunaan metode balistik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Malam ini kami juga berkoordinasi dengan asosiasi psiikologi forensik untuk melaksanakan autopsi psikologis retrospektif, mendalami profiling lengkap baik psikologis maupun prilaku tersangka," kata Hengki di Polsek Metro Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (2/5) malam.
Hengki menyebut metode autopsi tersebut secara konseptual akan mampu menarik motif pelaku berinisial M itu. Polda Metro Jaya juga telah berkoordinasi dengan Polda Lampung untuk melihat data riwayat diri pelaku yang berusia sekitar 60 tahun ini.
Salah satu yang mendapat sorotan adalah M mengaku sebagai wakil nabi. Meski begitu, M tidak termasuk atau terafiliasi dengan jaringan terorisme ataupun tergabung dengan komunitas ideologi agama yang ekstrem berdasarkan hasil koordinasi dengan Detasemen Khusus (Densus) 88.
"Ditreskrimum Polda Metro Jaya untuk mendalami dengan Polda Lampung secara komprehensif, sebenarnya apa latar belakang psikologis, perilaku, untuk mengetahui motif yang sebenarnya, dan melaksankan penyidikan lebih mendalam lagi," ujarnya.
Kepolisian, lanjut Hengki, juga masih mendalami profesi keseharian M. Ia juga menyatakan dugaan sementara motif yang dilakukan M adalah untuk mendapatkan pengakuan bahwa dirinya adalah wakil nabi.
Hengki juga menginformasikan niat jahat M dimulai sejak 2018 lalu. Kala itu, M bersurat dengan konteks akan melakukan tindakan kekerasan terhadap pejabat negeri, termasuk pejabat MUI.
"Kalau dari yang bersangkutan seperti itu, ya ini kan masih awalnya rekan-rekan, kita bersinambungan, belum selesai," ujar Hengki.
(khr/fra)