Seorang siswi di sebuah SMA Negeri di Kota Tasikmalaya diduga menjadi korban kekerasan siswa laki-laki teman sekelasnya.
Humas Polres Tasikmalaya Kota Ipda Jajang Kurniawan mengatakan pihaknya telah menerima laporan terkait kasus ini pada Selasa (16/5).
"(Kejadian) Selasa 16 Mei 2023, jam 13.30 WIB di ruang kelasnya. Pada hari itu juga sekitar jam 21.00 WIB, ibu korban melaporkannya ke Polres Tasikmalaya Kota," ujar Jajang saat dihubungi, Senin (22/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jajang menjelaskan kasus ini ditangani oleh Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Tasik Kota.
Menurut Jajang, kasus masih dalam proses penyelidikan.
"Ya (terduga pelaku) siswa laki-laki dan satu kelas, sama-sama masih di bawah umur. (Statusnya) anak berhadapan dengan hukum," kata Jajang.
Selain itu, Jajang juga merespons narasi yang menyebut orang tua dari terduga pelaku merupakan pejabat di Inspektorat Jenderal Kemendikbud.
Jajang menyebut Penyidik Sat Reskrim Polres Tasik Kota tidak melihat bagaimana latar belakang orang tua anak yang berhadapan dengan hukum. Sebab, kata dia, semua sama kedudukannya di muka hukum.
Kabar tentang dugaan kekerasan ini beredar di media sosial Instagram usai diunggah akun @forumwartawanpolri.
Unggahan tersebut memuat foto korban dengan penjelasan berupa teks. Korban disebut mendapat tiga jahitan dan memar di tiga titik.
CNNIndonesia.com telah meminta izin akun tersebut untuk mengutip unggahan itu.
"Anak wanita saya menjadi korban kekerasan (pemukulan) dari siswa (laki-laki) bernama Ar**. Saya heran dengan pihak sekolah SMA Negeri Kota Tasikmalaya kenapa tidak melakukan perlindungan terhadap korban wanita dan cenderung membela pelaku?"
"Dan keheranan saya terjawab hari ini, anak saya dipanggil ke ruangan guru oleh pihak sekolah dan orangtua pelaku. Menurut saya pertemuan hari ini sudah tidak fair, pelaku (ortu) vs korban (anak). Kesimpulan yang saya terima dari rekaman anak saya selama pertemuan, ternyata orang tua pelaku merupakan orang berpengaruh dan pejabat di Inspektorat Jenderal Kemendikbud. Bagi saya ini pertemuan nggak fair, karena di dalamnya sudah ada unsur intimidasi terhadap anak saya dari orangtua pelaku. Ini sudah tidak lagi menjadi teladan bagi seorang pejabat di instansi pendidikan,"
"Kenapa Anda lebih fokus membela anak dan menyepelekan posisi korban. Anda tidak perlu arogan dengan jabatan di kementerian karena saya taat dan bayar pajak. Saya minta keadilan selama di sekolah dan proses mediasi dari pihak Humas Polres Tasikmalaya Kota. Komisi Perlindungan Anak Indonesia, korban 3 jahitan memar 3 titik,"
Kemendikbud Ristek mengaku tengah mendalami kasus ini bersama sejumlah pihak lain.
"Kemendikbudristek saat ini masih mendalami kasus ini bersama dengan pihak-pihak berwenang lainnya dan berkomitmen untuk mendukung dan menghormati proses investigasi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku," kata Plt. Kepala Biro Kerjasama dan Humas Kemendikbud Ristek Anang Ristanto saat dihubungi, Senin (22/5).
Anang mengatakan pihaknya berkomitmen menciptakan pendidikan berkualitas melalui perwujudan lingkungan belajar yang aman dan nyaman.
Termasuk, kata dia, dengan terciptanya upaya pencegahan dan penanganan kekerasan di satuan pendidikan yang komprehesif.