Nyanyian Internasionale dari Buruh Dukung Haris-Fatia di Sidang Luhut
Sejumlah massa buruh menyanyikan lagu Internasionale saat datang mendukung duo aktivis Haris Azhar dan Fatia Maulidiyanti yang sedang menjalani kasus persidangan pencemaran nama baik terhadap Luhut Binsar Panjaitan di PN Jakarta Timur.
Berdasarkan pantauan di lokasi pada Senin (29/5) siang, massa buruh yang terlihat mendatangi PN Jaktim itu adalah elemen dari KASBI hingga Partai Buruh.
Namun, mereka tak bisa masuk ke area PN Jaktim karena diblokade polisi.
Dalam lanjutan perkara itu kasus itu Luhut tidak datang untuk diminta keterangan oleh majelis hakim, dan meminta penundaan. Majelis hakim PN Jaktim pun memutuskan untuk menunda persidangan hingga 8 Juni 2023, Haris dan Fatia kemudian keluar ruang sidang untuk bergabung bersama pendukungnya di sekitar Gedung PN Jaktim.
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, pada pukul 11.20 WIB massa buruh terlihat sudah berbaris rapi di depan Gedung PN Jaktim menunggu Haris dan Fatia.
Beberapa kordinator lapangan yang berdiri di atas mobil komando juga terlihat memimpin massa buruh.
Massa buruh sempat ingin memasuki halaman PN Jaktim. Haris sempat bernegosiasi bersama polisi. Namun, pihak kepolisian yang berjaga melarang hal tersebut.
"Dibilang enggak bisa harus ada basisnya, ada dasarnya, apa argumentasinya?" kata Haris kepada salah satu polisi yang menjaga di gerbang.
Setelah gagal bernegosiasi, Haris lantas berorasi di depan massa pendukung mereka di depan gerbang PN Jaktim. Usai Haris berorasi, massa buruh tampak kompak menyanyikan lagu Internasionale bersama-sama.
"Dan Internasionale, jayalah di dunia," bunyi akhir nyanyian dari lagu yang dinyanyikan massa buruh untuk mendukung Haris-Fatia.
Diketahui, Internasionale adalah lagu khas yang sering dinyanyikan kaum buruh seluruh dunia saat memperjuangkan haknya. Di Indonesia sendiri, lagu tersebut dialihbahasakan Ki Hajar Dewantara.
Selain itu, lagu tersebut juga kental dikenal sebagai mars "kaum kiri". Hal ini lantaran pada awalnya lagu tersebut berasal dari syair karya Eugene Pottier di tahun 1871 yang dibuat dalam masa pelariannya usai revolusi proletariat berhasil menggulingkan pemerintahan borjuasi di Russia pada kala itu.
(mab/kid)