Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) mengungkap kejanggalan yang kerap ditemukan menyangkut kondisi fisik para pekerja migran asal Nusa Tenggara Timur (NTT) ketika mereka kembali ke Indonesia.
Sekretaris Utama BP2MI, Rinardi menyebut para pekerja migran Indonesia (PMI) asal NTT saat pulang kembali ke Tanah Air dilaporkan rata-rata tak lagi memiliki organ dalam yang utuh.
"Yang sangat miris, ada keanehan untuk pekerja migran kita yang berasal dari NTT mereka itu pada saat pulang dalam kondisi sehat maupun meninggal, itu rata-rata ginjalnya hilang satu," kata Rinardi di Yogyakarta, Kamis (1/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rinardi mengatakan BP2MI belum bisa memastikan apakah para PMI tersebut menjadi korban perdagangan organ tubuh atau malah secara sengaja menjual ginjal mereka saat berada di luar negeri.
"Kita nggak tahu, umumnya adalah para pekerja migran kita yang berasal dari NTT, yang lain-lainnya nggak sampai seperti gitu," ungkapnya.
BP2MI, menurut Rinardi, telah menyampaikan temuan ganjil ini kepada seluruh pemangku kepentingan, termasuk salah satunya Menko Polhukam Mahfud MD untuk segera mengambil sikap.
Sebagai tindak lanjut, semua komponen Satgas Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) diundang Presiden Joko Widodo ke Istana Negara, Selasa (30/5).
Hasil dari pertemuan itu setidaknya tercatat sebanyak 1.900 PMI yang meninggal di luar negeri selama tiga tahun terakhir. Sebagai gambaran, BP2MI rata-rata mengurus dua peti jenazah untuk para pekerja migran meninggal tersebut setiap harinya.
Kebanyakan dari mereka meninggal di Malaysia dan Timur Tengah, khususnya Arab Saudi. Berdasarkan laporan masuk, semasa menjadi PMI mereka disiksa atau dipaksa bekerja selama 20 jam bahkan lebih dalam sehari. Sementara tak ada jaminan perlindungan asuransi kesehatan sejak keberangkatan.
"Itu (pekerja migran) semua daerah ada, jadi masing-masing daerah itu ada tenaga kerjanya dan di antara mereka ada yang pulang dalam kondisi sudah meninggal. Dan yang meninggal itu yang dulu berangkatnya non prosesural (ilegal), termasuk yang ginjalnya hilang," papar Rinardi.
BP2MI turut meminta peran aktif pemerintah daerah dalam hal pengawasan. Pasalnya, jumlah pekerja migran Indonesia di seluruh dunia yang terdata oleh pemerintah hanya separuhnya saja.
"Menurut data Bank Dunia tahun 2017 terdapat 9 juta pekerja migran kita di seluruh dunia. Yang kami catat secara resmi 4,7 juta, berarti kami anggap 4,3 juta yang dulu berangkatnya non-prosedural. Itu yang kami coba bisa tertibkan," pungkasnya.
(kum/mik)