El Nino, Pemerintah Klaim Telah Antisipasi Potensi Kebakaran Lahan
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional mengklaim sudah mengantisipasi potensi kenaikan angka kebakaran hutan akibat kemunculan fenomena iklim El Nino beberapa bulan ke depan.
Direktur Kehutanan dan Sumber Daya Air Bappenas Nur Hygiawati Rahayu menyebut selain mewaspadai lahan gambut, pemerintah juga tetap memantau ketat hutan dan lahan kering seperti di NTT. Adapun bencana kekeringan diprediksi dapat mencapai puncaknya di akhir tahun.
"Memang baik itu La Nina atau El Nino kita sudah antisipasi dari sekarang. Tapi kita melihat juga aspek pencegahan lebih menjadi solusi terbaik dibandingkan apabila kita harus melakukan pemadaman," kata Nur usai acara yang dihelat Konservasi Indonesia di Jakarta Pusat, Selasa (27/6).
Nur mengatakan Bappenas bersama KLHK, Kementan, BNPB, dan stakeholder terkait sudah berupaya memastikan aspek-aspek mitigasi, seperti penyediaan patroli hingga infrastruktur pemadaman api.
Selain itu, di tengah potensi hilangnya ekosistem lahan gambut hingga mangrove di Indonesia, Bappenas menargetkan pemulihan 1,6 juta hektare lahan gambut dan merehabilitasi 50 ribu hektare hutan mangrove hingga 2024
Target tersebut dituangkan dalam dokumen strategi nasional (stranas) pengelolaan lahan basah. Adapun stranas ini bakal lebih fokus pada dua ekosistem yakni gambut dan mangrove lantaran dapat menyimpan karbon dalam jumlah yang besar.
Nur juga menyoroti proyek IKI-PME yang dipimpin oleh Konservasi Indonesia bekerja sama dengan Wetlands International Indonesia (YLBA) dan Center for International Forestry Research (CIFOR).
Sebab setidaknya tercatat 742.234 hektar ekosistem gambut dan mangrove telah direstorasi melalui peningkatan konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan di provinsi percontohan, yaitu Sumatera Utara, Papua Barat, dan dan sebagian wilayah Papua Barat Daya.
"Proyek seperti IKI-PME sangat mendukung agenda dan capaian dari pemerintah Indonesia dalam pembangunan rendah karbo, pembangunan berketahanan iklim, sekaligus nantinya dapat direplikasi oleh provinsi lain yang pada akhirnya dapat berkontribusi dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim Indonesia," ujarnya.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati telah mewanti-wanti Indonesia akan masuk pada fase kemarau kering akibat kemunculan El Nino dan Indian Ocean Dipole. Ia menjelaskan El Nino berada pada kondisi netral pada Maret-April. Hal ini menunjukkan El Nino yang akan muncul 100 persen positif di Indonesia.
Dampaknya, curah hujan pada pada Agustus, September, Oktober 2023 diprediksi akan berada pada kategori di bawah normal, terutama wilayah Sumatera, Jawa Bali-NTB-NTT, sebagian Kalimantan dan sebagian Sulawesi.
Dengan demikian BMKG merekomendasikan kepada semua pihak dan masyarakat terdampak untuk melakukan langkah-langkah antisipasi agar terhindar dari kekeringan.
(khr/tsa)