Manuver Budiman Cs, Sinyal Faksi Pro Prabowo di PDIP?
Politikus senior PDIP Budiman Sudjatmiko menyambangi kediaman Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pada 18 Juli lalu. Usai pertemuan, ia memuji Prabowo sebagai sosok yang layak memimpin Indonesia.
"Saya berharap Pak Prabowo sehat, teruskan tugas, tunaikan tugas, dan saya ingin orang Indonesia layak untuk mendapatkan orang terbaik, salah satunya Pak Prabowo," kata Budiman.
Selain itu, sebelumnya pada 7 Juli lalu, politikus PDIP Effendi Simbolon juga memberikan sinyal mendukung Prabowo maju sebagai calon presiden di 2024. Dia ingin Indonesia dinakhodai pemimpin yang andal.
Buntutnya, ia dipanggil DPP PDIP untuk menyampaikan klarifikasi. Usai pertemuan dengan elite DPP PDIP, Effendi menyatakan tetap mendukung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden PDIP.
Sementara itu, DPP PDIP belum memutuskan sanksi untuk Effendi. Budiman pun rencananya akan dipanggil DPP PDIP. Namun, Budiman yakin tak akan disanksi dan partai akan memahami kunjungannya ke Prabowo.
Jauh sebelum Budiman dan Effendi, Wali Kota Solo sekaligus putra Presiden Joko Widodo Gibran Rakabuming Raka sempat bertemu dengan Prabowo di Solo, Jawa Tengah, pada pertengahan Mei lalu.
Usai pertemuan, sejumlah kelompok relawan pendukung Jokowi dan Gibran menyatakan dukungan kepada Prabowo sebagai bakal capres di Pilpres 2024. Gibran mengaku terkejut dengan deklarasi itu.
Ia mengaku tidak tahu ada rencana deklarasi dari relawan pendukungnya. Ia pun menyampaikan klarifikasinya itu saat dipanggil DPP PDIP.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah melihat kemungkinan adanya kelompok atau faksi pro Prabowo di PDIP. Ia menilai munculnya faksi itu lantaran mereka melihat peluang kemenangan dan akomodasi politik jika berada di kubu Prabowo.
"Manuver elite PDIP bisa juga terkait akomodasi politik, mereka melihat peluang kemenangan ada di Prabowo, dan ini peluang bagus untuk mendapat tempat," kata Dedi ketika dihubungi CNNIndonesia.com, Minggu (23/7) malam.
Ia menilai manuver ini juga berkaitan dengan mereka yang tak yakin Ganjar akan menang di 2024. Apalagi, elektabilitas Ganjar kian menurun pasca deklarasi bakal capres di 21 April lalu.
"Sebenarnya lebih pada soal mereka tidak meyakini kemenangan Ganjar, terlebih pasca deklarasi elektabilitas Ganjar kian menurun," ujarnya.
Dedi menyatakan tokoh-tokoh yang bermanuver merupakan sosok yang selama ini tak mendapat tempat di partai. Karena itu, ia menyebut gerak-gerik ini bisa saja sebagai tanda kekecewaan mereka di internal partai.
"Karena sejauh ini tokoh yang bermanuver ke Prabowo termasuk yang 'teralienasi' di internal PDIP," ucap dia.
Selain kader yang teralienasi, Dedi menyebut faksi pro Prabowo itu bisa juga berasal dari loyalis Puan Maharani. Menurutnya para loyalis pro Puan kemungkinan kecewa karena partai memilih Ganjar sebagai capres.
Terpisah, Direktur Eksekutif Algoritma sekaligus dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia Aditya Perdana menilai manuver ini juga berkaitan dengan sinyal dukungan Jokowi ke Prabowo. Menurutnya, Jokowi memberikan sinyal dukungan tak hanya ke Ganjar Pranowo.
"Kemungkinan itu ada, karena tentu ada kaitannya juga pendukung Pak Jokowi yang arahnya mungkin ke Pak PS," kata dia.
Sementara itu, Pengamat politik dari BRIN Wasisto Raharjo Jati tak sepakat soal anggapan adanya faksi pro Prabowo di PDIP. Ia menilai apa yang dilakukan kader-kader PDIP itu bukan sinyal mendukung Prabowo, tetapi silaturahmi biasa.
"Saya pikir itu bukan sinyal dukungan, tapi lebih pada silaturahmi politik biasa yang dilakukan antar partai," kata Wasisto.
Wasisto menyebut dipanggilnya mereka oleh DPP usai berkomunikasi dengan Prabowo merupakan bentuk penegakan disiplin partai. Menurut dia, meski pernyataan atau kegiatan dilakukan atas nama pribadi, tetapi identitas partai akan tetap melekat.
(mnf/tsa)