Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengaku sudah berdiskusi panjang dengan Budiman Sudjatmiko dan Effendi Simbolon terkait dugaan dukung Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Hasto mengatakan kedua politisi itu mengaku tak ada niatan untuk berpindah haluan. Berdasarkan pengakuan yang dia dapat, Budiman dan Effendi tetap loyal pada PDIP.
"Mereka menyatakan bahwa merah adalah merah sebagai bentuk loyalitas. Sehingga tidak ada suatu proses perpindahan," kata Hasto di kantor DPP PDIP di Jakarta Pusat, Kamis (27/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Hasto, pernyataannya itu didukung oleh berbagai hasil survei. Hasto pun membeberkan beberapa hasil survei yang menunjukkan PDIP merupakan partai paling solid.
"Dari hasil survei terakhir menunjukkan PDIP memang sangat solid," ujarnya.
Hasto mencontohkan bentuk kesolidan itu terlihat saat PDIP mengusung Joko Widodo menjadi Walikota Solo sampai menjadi presiden.
"Kami solid ketika memperjuangkan pak Jokowi dari mulai walikota, gubernur, menjadi presiden 2 kali itu menunjukkan soliditas dari partai yang sangat kuat," ujarnya.
Sebelumnya, Budiman Sudjatmiko menyambangi kediaman Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pada 18 Juli lalu. Usai pertemuan, ia memuji Prabowo sebagai sosok yang layak memimpin Indonesia.
Pada 7 Juli lalu, politikus PDIP Effendi Simbolon juga memberikan sinyal mendukung Prabowo maju sebagai calon presiden di 2024. Dia ingin Indonesia dinakhodai pemimpin yang andal.
Hasto kemudian menyebut kedekatan Jokowi dengan Prabowo hal yang wajar. Sebab, Prabowo merupakan salah satu menteri di kabinet Indonesia Maju.
"Ya namanya presiden harus lengket dengan menterinya. Sehingga PDIP tidak mempersoalkan sosok Presiden yang dekat dengan para menterinya," kata Hasto.
Hasto menyebut kedekatan Jokowi dengan Prabowo tidak berarti dalam konteks persiapan menghadapi kontestasi Pilpres 2024.
"Karena itu berbeda dengan kontestasi pilpres," ujarnya.
Terlebih, Hasto berpandangan seorang calon pemimpin yang baik seharusnya mempersiapkan dan menawarkan gagasan terbaiknya untuk kebaikan bangsa, bukan sekadar menempel pada Presiden.
"Pilpres itu setiap calon pemimpin memberikan gagasan-gagasan terbaik bagi bangsa dan negara, bagaimana menyelesaikan masalah rakyat, bagaimana membangun masa depan, bukan nempel seperti perangko," ujar dia.
Sebelumnya, Prabowo dipanggil ke istana oleh Jokowi pada Senin (10/7). Pertemuan empat mata hampir tiap pekan itu sudah dilakukan keduanya sejak Juni 2023.
Tanggal 26 Juni kedua sosok yang pernah bertarung di Pilpres 2014 dan 2019 itu juga melakukan pertemuan itu di istana negara, Jakarta. Kemudian tanggal 18 Juni di Bogor, 9 Juni di Jakarta dan 25 Mei di istana Bogor.
Jokowi mengatakan Prabowo memang minta bertemu karena ada masalah penting. Menurut Jokowi, salah satu pembahasan dalam pertemuan itu adalah politik.