Putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Yenny Wahid mengaku siap jika diminta menjadi cawapres di Pilpres 2024. Pernyataan itu dia sampaikan usai namanya sempat muncul di bursa cawapres Anies Baswedan.
Yenny berujar bahwa dirinya harus siap jika diminta untuk menduduki jabatan publik. Apalagi, Yenny adalah orang yang sudah lama aktif di dunia politik.
Menurut Yenny, seorang politikus mestinya punya keinginan untuk menduduki jabatan publik agar bisa membuat kebijakan demi membuat perubahan positif di masyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagai orang yang berkecimpung di dunia politik sudah cukup lama, pasti harus siap untuk menduduki jabatan publik," kata Yenny di kompleks parlemen, Selasa (8/8).
Namun demikian, dalam sejumlah survei elektabilitas Yenny Wahid sebagai cawapres masih rendah. Lembaga Survei Indonesia menunjukkan elektabilitas Yenny Wahid sebagai cawapres berada pada urutan ke-12. Elektabilitasnya hanya 1,3 persen.
LSI juga melakukan simulasi pilpres dengan pasangan Anies Baswedan-Yenny Wahid. Hasilnya, hanya meraup elektabilitas 18,2 persen.
Perolehan elektabilitas itu lebih rendah jika dibandingkan dengan simulasi pasangan Anies- Khofifah atau Anies-Agus Harimurti Yudhoyono.
Anies lebih mujur jika dipasangkan dengan Khofifah. Elektabilitasnya menjadi 21,0 persen. Sementara jika Anies dengan AHY 19,7 persen.
LSI menggelar survei ini pada 1-8 Juli 2023 dengan mengikutsertakan 1.242 orang responden. Responden dipilih lewat proses pembangkitan nomor telepon secara acak, validasi, dan screening.
Survei ini disertai ambang batas kesalahan (margin of error) ±2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Adapun berdasarkan hasil survei Litbang Kompas, elektabilitas Yenny Wahid yakni Yenny Wahid di urutan kesebelas dengan 0,7 persen.
Elektabilitasnya lebih rendah dibandingkan dengan elektabilitas Khofifah yang mencapai 1,1 persen dan Erick Thohir yang mencapai 7,6 persen.
Survei tersebut diambil pada periode 29 April - 10 Mei 2023 dengan melibatkan 1.200 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38 provinsi se-Indonesia.
Sementara itu, dalam survei Y-Publica yang dirilis 1 Juni lalu, Yenny Wahid masuk ke dalam salah satu pilihan capres. Namun, elektabilitasnya juga tak tinggi.
Dia berada di urutan 13 dengan elektabilitas 0,6 persen. Perolehan elektabilitas itu lebih rendah daripada Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka yakni 1 persen.
Pengamat Politik Universitas Andalas, Asrinaldi survei hanya potret satu waktu terkait apa yang dipersepsikan publik terhadap calon. Persepsi tersebut bisa konsisten tetap, tetapi kebanyakannya berubah.
Apalagi, kata Asrinaldi, yang dilihat dalam survei tersebut perilaku memilih individu yang sangat bergantung pada lingkungan atau stimulus yang dihadapinya.
Dia berpendapat bisa jadi perolehan survei yang rendah saat ini bisa berubah seiring dengan berjalannya waktu dan strategi yang digunakan untuk membangun persepsi positif publik.
"Jadi survei tidak menjadi satu satunya ukuran melihat menang/kalahnya pasangan Capres Cawapres dalam Pemilu," kata Asrinaldi kepada CNNIndonesia.com, Selasa.
(yla/isn)