Manfaat Sekolah Bisnis Indonesia Terakreditasi International AACSB

ITB | CNN Indonesia
Jumat, 11 Agu 2023 10:51 WIB
International Association to Advance Collegiate Schools of Business sudah 100 tahun mengakreditasi sekolah bisnis, serta memiliki standard yang sangat tinggi.
Executive Vice President AACSB International Geof Perry. (Foto: Arsip ITB)
Jakarta, CNN Indonesia --

Seminar Developing Quality Assurance for the Future, Opportunities and Future Directions of Business and Management Education in Indonesia sukses diselenggarakan di Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB).

Dalam seminar yang digelar 9-10 Agustus ini sejumlah topik dibahas. Khususnya terkait permasalahan hanya empat Sekolah Bisnis di Indonesia yang terakreditasi International Association to Advance Collegiate Schools of Business (AACSB).

Executive Vice President AACSB International Geof Perry mengatakan, sebagai organisasi akreditasi sekolah bisnis terbesar dan bergengsi di dunia, didukung oleh LAMEMBA dan AFEBI ingin mendorong kolaborasi untuk meningkatkan kualitas perguruan tinggi atau sekolah bisnis di Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat ini terdapat empat sekolah bisnis atau fakultas yang sudah terakreditasi AACSB di Indonesia, diantaranya UGM, SBM ITB, Binus, dan UI," kata Geof dalam keterangan resmi dikutip Kamis (10/8).

AACSB, lanjut dia, memiliki tiga tujuan utama. Pertama external validation untuk standar global, membuka koneksi internasional (network), framework untuk meningkatkan kualitas sekolah bisnisnya.

"Masing-masing sekolah bisnis memiliki visi dan misinya tersendiri serta identitasnya tersendiri, AACSB tidak akan mengubah itu, hanya fokus pada tiga tujuan utama tersebut," ujar Geof.

Sementara Lembaga Akreditasi Mandiri Ekonomi, Manajemen, Bisnis, dan Akuntansi (LAMEMBA) Purwanto mengatakan, AACSB bisa menjawab soal empat universitas yang baru terakreditasi. Apalagi AACSB, kata dia, usianya sudah lebih dari 100 tahun mengakreditasi sekolah bisnis, serta memiliki standard yang sangat tinggi.

Penilaian yang kuat dan tinggi tersebut terdapat pada jaminan mutu pembelajaran. Hal itu terukur dan detail, dan memperhatikan kualifikasi para dosen. Di mana dosennya harus memiliki pendidikan hingga S3.

"Dosen juga tidak hanya cukup sampai S3, tapi juga mempunyai praktik professional dan juga melakukan kajian-kajian ilmiah pada bidang yang diajarkan. Dua hal tersebut menjadi persyaratan yang very demanding, sangat sulit," ujarnya.

"Tetapi bukan berarti Indonesia tidak bisa, Indonesia itu negara yang sangat besar, dan kita sudah mulai dipertimbangkan di banyak hal, tetapi pendidikan inikan yang menjadi salah satu strategis," katanya.

Purwanto menambahkan, pihaknya saat ini mendapatkan tugas dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan bisnis, manajemen, akuntansi, dan ekonomi di Indonesia. Maka dari itu pihaknya berkolaborasi dengan AACSB.

"Sehingga kemudian standar LAMEMBA itu juga sudah cukup, kita memiliki tingkatan akreditasi Baik, Baik Sekali, dan Unggul. Nah yang Unggul ini nanti kita lihat lagi lebih spesifik yang bisa kita dampingi untuk mendapat akreditasi AACSB," ujarnya.

Sementara itu, Abdul Rahman Kadir dari Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia (AFEBI), mendorong seluruh akreditasi unggul untuk masuk ke standar AACSB. Pihaknya berharap sekolah bisnis ITB bersama AFEBI membuat standarisasi-standarisasi yang meningkat.

"Itulah mengapa hari ini sebenarnya sudah mulai, bahwa Indonesia sudah berkomitmen meningkatkan kualitas pendidikan bisnis dengan melalui pengakuan-pengakuan internasional," ujarnya.

"Kita terus meningkatkan standar sekolah, terutama pada kapasitas individu. Jadi harus benar-benar profesional sebagai dosen, mereka harus menjadi peneliti, sehingga bahan-bahan penelitian tersebut bisa diajarkan kepada mahasiswa," ujarnya.

Selain akreditasi, dampak konkritnya dirasakan sekolah bisnis jika sudah mendapatkan akreditasi AACSB.

Wakil Dekan Akademik SBM ITB Tjandra Anggraeni mengatakan, banyak hal yang dirasakan oleh SBM ITB terkait dengan pengakreditasian ini. Ada dua hal yang mungkin paling terlihat dari akreditasi ini.

"Pertama sebagai anggota AACSB pertemuan-pertemuan internasional jadi sering dilakukan, sehingga terbuka ruang untuk diskusi, jadi meskipun sudah mempunyai kurikulum, sudah memiliki standar, tapi seiring berjalannya waktu itu kan pasti ada perubahan, ada hal baru yang perlu dikembangkan dan itu ada di diskusi networking ini," katanya.

Kedua karena SBM ITB memiliki kelas internasional, sehingga jadi yang double degree internasional. Tentunya, kata dia, SBM ITB ini memerlukan sekali kolaborasi universitas luar, ketika sudah terakreditasi ini yang namanya diskusi dan tawaran itu menjadi lebih ada.

"Kita bisa lebih mudah untuk duduk bersama dengan universitas luar bahkan dari luar negeri pun jadi ingin duduk bersama dengan SBM ITB, itu dampak yang jelas," ujar dia.

Dalam kesempatan ini, Professor Aurik Gustomo, Perwakilan Narasumber yang juga merupakan Dosen SBM ITB, menyampaikan terkait benefit perguruan tinggi mendapatkan akreditasi international AACSB.

"Jadi AACSB itu SBM ITB mendaftar pada tahun 2014, 10 tahun setelah SBM berdiri, saya kira di Indonesia, tidak banyak yang memiliki percaya diri, ketika 10 tahun berdiri, kemudian mendaftar akreditasi di salah satu akreditasi internasional yang termasuk dalam kategori 'triple crown', salah satunya adalah AACSB ini. Kenapa baru 10 tahun kita percaya diri untuk mendaftar? Karena kita ingin mengakselerasi, mendapatkan arah untuk melakukan perbaikan di sistem pembelajaran yang ada di SBM ITB," ujarnya.

(inh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER