SBY Kenang Panggil Prabowo-Jokowi Tengah Malam Imbas Pemilu Panas 2014
Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menceritakan momen saat menengahi dua kontestan di Pilpres 2014 yang bertarung sengit hingga terjadi perbedaan hasil hitung cepat (quick count). Saat itu dua pasangan yang bertarung adalah Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
SBY yang kala itu menjabat sebagai presiden mendapat info intelijen bahwa ada pihak yang ingin mengerahkan massa secara besar-besaran karena tak terima dengan hasil hitung cepat. SBY lantas turun tangan menengahi.
"Apa yang saya dapatkan? Dengan quick count itu ada pihak yang tak terima dan siap-siap waktu itu ada gerakan turun ke jalan besar-besaran. Oleh karena itu di ruangan ini (Cikeas), saya undang kedua beliau Jokowi-Jusuf Kalla setelah itu saya undang pak Prabowo dan pak Hatta Rajasa juga tengah malam," kata SBY saat diwawancarai CNN Indonesia di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Selasa (29/8).
Lihat Juga :WAWANCARA EKSKLUSIF SBY Ungkap Pemicu Kerenggangan, Sebut Megawati Tak Jahat |
Pada pertemuan itu, SBY menjelaskan bahwa dirinya pasti akan bertindak tegas jika keamanan nasional terganggu. Dia lalu berpesan kepada kedua pasangan calon agar menempuh jalur hukum untuk menyelesaikan sengketa pemilu.
SBY menyarankan supaya kandidat yang merasa dirugikan menggugat ke Mahkamah Konstitusi (MK). Baik Prabowo dan Jokowi, lanjutnya, lantas menerima usulannya tersebut.
Setelah itu, keamanan nasional tetap terjaga. Tidak ada massa yang turun ke jalan secara besar-besaran.
"Saya harus cegah tindakan di luar itu. Apalagi bila bermain-main dengan keamanan ketertiban dan kedamaian. Alhamdulillah dua pasangan itu bersedia. Dalam hal itu saya bertanggung jawab," ucap SBY.
SBY menegaskan bahwa dirinya mengambil sikap netral dan tak cawe-cawe meski masih menjabat sebagai presiden saat Pilpres 2014 lalu. Ia mempersilakan Prabowo dan Jokowi kala itu berkompetisi secara sehat dan demokratis.
Ia juga tak ikut-ikutan menyatakan dukungan kepada pasangan capres-cawapres yang maju di Pilpres 2014. Baginya, sikap seperti demikian kurang elok.
"Tak mungkin saya punya angan-angan, apalagi punya ikhtiar nambah lagi masa bakti saya karena sudah jatuh tempo. Saya patuh terhadap konstitusi," kata dia.
Meski tak cawe-cawe, SBY mengatakan pemerintah punya peran besar agar Pemilu bisa berjalan dengan lancar dan tanpa gangguan.
Menurutnya ia sebagai kepala negara bertanggung jawab untuk memastikan pemilu berjalan damai, jujur dan adil sehingga pesta demokrasi berjalan dengan baik.
"Sehingga kalau saya dengar sekarang pemilu gaduh bisa ditunda, apalagi gangguan keamanan, saya bilang itu aneh. Negara harus yakinkan semua berjalan dengan baik," ucap SBY.
"Tak boleh berhipotesis terjadi penundaan atau apa gitu. Kebalik cara berpikirnya. Itu cawe-cawe saya memastikan pemilu berjalan damai, netral, aparat negara tak berpihak," kata dia.
Bila ditilik ke belakang, polemik beda hasil quick count yang dikeluarkan lembaga survei sempat terjadi pada Pemilu 2014. Kala itu, hasil quick count lembaga Puskaptis menyatakan perolehan suara Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mengungguli Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Beda dengan hasil quick count yang dilakukan mayoritas lembaga lainnya yang menyatakan pasangan Jokowi-JK unggul. Hasil quick count yang dilakukan Puskaptis kala itu juga berbeda jauh dengan real count KPU.
Kubu Prabowo-Hatta lantas mengajukan gugatan sengketa hasil Pilpres 2014 ke Mahkamah Konstitusi. Hasilnya, MK menolak dan Jokowi-JK tetap menjadi pemenang berdasarkan hasil penghitungan KPU.