Bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan dan pasangannya, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengungkap momen dipersatukan oleh ulama kharismatik KH Muhammad Thoifur Mawardi untuk Pilpres 2024.
Saat itu, Anies hendak bertolak ke Jakarta dari Bandara Internasional Djuanda, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (29/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa langkah menuju pintu keberangkatan, tiba-tiba Anies dicegat oleh KH Abdullah Munif, Pengasuh PP Anwarul Maliki Sukorejo, Pasuruan, Jawa Timur, yang datang menemuinya.
"Pak Anies, saya minta waktu bicara," ujar kiai yang biasa dipanggil Gus Munif dalam keterangan tertulis.
Dia bermaksud menyampaikan pesan dari ulama kharismatik asal Purworejo, Jawa Tengah, yakni Kiai Thoifur.
"Ada pesan dari KH Thoifur agar Pak Anies berpasangan dengan Muhaimin," kata Gus Munif.
Saat itu Anies langsung membalas, "Tolong sampaikan salam pada KH. Thoifur, mohon doanya."
Saat menjalankan ibadah haji beberapa waktu lalu, Anies sempat bertemu KH Thoifur di Makkah.
Nasihat itu juga diungkapkan Cak Imin saat diwawancara presenter Najwa Shihab dalam program Mata Najwa, Senin (4/9). Dalam wawancara tersebut, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu menyebut bahwa dirinya mendapat 'arahan' dari KH Thoifur.
"Ada Kiai Thoifur dari Jawa Tengah, Beliau memimpin 150-an jemaah haji. Saya dipanggil ke hotelnya. Seperti biasa, setiap kiai yang saya bisa sowan, saya sowan. Beliau itu tiba-tiba bilang, 'Muhaimin saya sudah istikharah, jodohmu itu Anies'," katanya.
![]() |
Dia merupakan kiai kharismatik pemilik Ponpes Darut Tauhid Kelurahan Kedungsari, Kecamatan/Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Dia menjadi pusat pembicaraan di berbagai kalangan karena telah menjodohkan Anies dengan Cak Imin dalam kontestasi Pilpres 2024.
Ulama kelahiran 8 Agustus 1955 ini dikenal sebagai ahli istikharah dan dihormati kaum Nahdliyin. Ayahnya, KH R. Mawardi, merupakan keturunan Joko Umbaran yang konon masih trah dari Sultan Agung.
Keilmuan dan karomah KH Thoifur kesohor hingga Timur Tengah. Perjalanan keilmuannya melanglang buana dalam menuntut ilmu di daerah Jawa, seperti di Pondok Sugihan Kajoran, Magelang, Pondok Lasem, Pondok Rembang, Jawa Tengah.
Ia juga sempat menjadi santri di Rushaifah, Makkah, di tempat Imam Ahlussunnah wal Jama'ah Abad 21, Al-Qutb Al-Irsyad wad Da'wah As-Sayyid Muhammad bin 'Alawi Al-Maliki Al-Hasani, dan menjadi salah satu santri terbaik di sana pada periode 1976 hingga 1988.
Kiai kondang ini juga berjuluk ahli mimpi bertemu Rasulullah SAW, karena seringnya bermimpi berjumpa Nabi Muhammad SAW.
Lihat Juga :![]() SELUSUR POLITIK Jejak Kontroversi Cak Imin vs Gus Dur di Konflik PKB 2008 |
Salah satu karomah yang dimilikinya adalah penemuan Sumur Thoifur di Pesantren Rushaifah. Sumur itu menjadi sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari para santri.
Penemuan sumber air ini terjadi saat ia menjadi santri di sana. Ketika itu pasokan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari begitu sulit. Ia bahkan tak mandi berhari-hari mengingat sulitnya mencari air kala itu.
Di tengah upaya banyak pihak untuk menemukan air, KH Thoifur melakukan salat Istikharah untuk mencari sumber air. Hingga, ia bermimpi bisa melihat sebuah sumur, lalu menimba air di sumur tersebut.
Saat menimba itu, ia merasakan tali yang ditariknya sangat berat, hingga tampaklah sosok tubuh Nabi Muhammad SAW.
Mimpi itu diceritakan pada gurunya, Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki. Akhirnya, Sayyid Miuhammad memerintahkan untuk menggali sesuai petunjuk dari mimpi KH Thoifur.
Ajaibnya, galian belum sedalam dua meter, didapatilah sumber mata air yang diharapkan.
Atas keluasan ilmunya, KH Thoifur bahkan dijuluki sebagai 'Kitab Berjalan'. Para ulama dan habib pun menaruh hormat pada kealimannya.
(pmg)