Politikus senior PDIP Panda Nababan meminta Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membereskan perang dingin dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang telah berlangsung selama belasan tahun.
Panda berujar permasalahan yang terjadi antara Megawati dan SBY tak bisa dianggap selesai begitu saja, sehingga menjadi wajar apabila masalah-masalah itu dibereskan terlebih dahulu sebelum keduanya menjalin kerjasama di Pilpres 2024.
"Itu enggak bisa dianggap liwat gitu lho, enggak bisa dianggap bimsalabim tidak pernah kami dijahati, kami pun tak pernah menjahati. Bukan seperti itu. Bereskan itu. Ada hal-hal yang berutang secara moral dan secara manusiawi wajar diberesin dulu itu," kata Panda dalam acara 'Political Show' CNNIndonesia TV, Senin (11/9) malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Panda mengaku diutus Megawati untuk menemui SBY di Istana Kepresidenan pada 2004 silam. Ia mendapat lima pertanyaan dari Megawati untuk disampaikan ke SBY. Namun, lima pertanyaan itu tak ada yang dijawab oleh SBY.
Setelahnya, Panda pun melaporkan hasil pertemuannya dengan SBY itu ke Megawati. Menurutnya, Megawati merasa sakit hati dengan kebohongan yang dilakukan oleh SBY.
"Waktu saya kembali ke Mega, hasil pertemuan saya dengan SBY, Mega mengatakan 'itulah Panda kalau pembohong' katanya. Dan itu Mega sakit sekali dengan kebohongan itu, apalagi seorang ibu seorang wanita gitu ya dibohongi telak-telak," ucap Panda.
Daftar lengkap 5 pertanyaan yang dititipkan Megawati ke Panda Nababan untuk ditanyakan ke SBY, selengkapnya baca di sini.
Karena itu, kata Panda, mestinya SBY mendekati Megawati dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi antar keduanya.
"Idealnya, layaknya, pantasnya SBY mendekati Mega selesaikan dong. Ada lima kebohongan yang tidak pernah dijawab dia (SBY)," ujarnya.
Megawati terlibat 'perang dingin' dengan SBY sejak 2003 lalu. Saat itu SBY menjabat Menko Polhukam di kabinet Megawati.
Megawati telah menutup komunikasi dengan mantan menterinya itu usai SBY diketahui melakukan gerakan politik selama menjadi Menko Polhukam.
Ketum PDIP itu mencium gelagat SBY berhasrat maju di Pilpres 2004. SBY pun mengundurkan diri sebagai menteri pada Maret 2004. Ia kemudian mulai berkampanye lewat Partai Demokrat. Sejak saat itu, Megawati tak menjalin komunikasi dengan SBY.
Kini, Demokrat membuka peluang bergabung dengan barisan Ganjar ataupun Prabowo usai kerja sama dengan Anies Baswedan kandas. Namun, belum ada pertemuan resmi untuk mempermanenkan koalisi tersebut.
Di acara yang sama, Ketua DPP Demokrat Herman Khaeron mengatakan saat ini partainya tengah menunggu koalisi yang membuka pintu kerja sama politik bagi Demokrat untuk bergabung dalam Pilpres 2024.
"Demokrat saat ini juga bukan hanya untuk memilih, tetapi juga kita menunggu koalisi mana yang tentu membuka pintu, membuka ruang supaya Demokrat juga bisa bergabung," kata Herman.
"Enggak bisa kita menentukan saya dengan ini. Enggak bisa juga kalau misalkan mau Pak Ganjar tapi Pak Ganjarnya enggak mau gimana?" sambungnya.
Menurut Herman, Partai Demokrat tak bisa memilih koalisi tanpa adanya restu dari koalisi tersebut untuk partainya bergabung. Karena itu, Partai Demokrat menjajaki semua koalisi guna bisa menentukan arah dukungan di Pilpres 2024.
"Kita melihat dulu kemungkinan-kemungkinan mana yang membuka ruang, mana yang membuka dialog, mana yang tentu sangat welcome untuk kita berkoalisi, mencair. Ini dijajaki semuanya," ucapnya.
Selain dengan PDIP, kata dia, Partai Demokrat juga menjalin komunikasi dengan Prabowo Subianto. Bahkan, Partai Demokrat terbuka untuk berkomunikasi dengan PPP terkait wacana koalisi baru.
"Komunikasi itu kan terus dijalin dengan siapa pun. Bahkan, kalaupun PPP menginginkan membangun poros baru, komunikasi ya kita juga terbuka untuk komunikasi. Semua akan ditentukan oleh Majelis Tinggi Partai Demokrat," ujar Herman.
Sebelumnya, Demokrat berencana bergabung dengan koalisi lain setelah kerja sama dengan Anies Baswedan kandas. Mereka tak lagi mendukung Anies setelah deklarasi pasangan Anies-Muhaimin Iskandar.
Kini, Demokrat membuka peluang bergabung dengan barisan Ganjar ataupun Prabowo. Namun, belum ada pertemuan resmi untuk mempermanenkan koalisi tersebut.