Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) terjadi dari Senin (2/10) siang hingga Rabu (4/10) malam.
Setelah sempat padam seluruhnya, titik-titik api muncul kembali pada Rabu siang--sekitar pukul 14.00 WIB, dan baru bisa dipadamkan tim gabungan pada malam hari sekitar pukul 22.00 WIB.
Kebakaran di kawasan TNWK ini diduga ulah pemburu satwa liar yang sengaja membakar lahan untuk memasang perangkap.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kebakaran itu terjadi Senin siang, dan Rabu pagi kemarin api sempat padam. Namun siangnya sekira pukul 14.00 WIB, api menyulut lagi dan api bisa dipadamkan semalam sekira pukul 22.00 WIB,"kata Humas Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Sukatmoko kepada CNNIndonesia.com, Kamis (5/10).
Sukatmoko mengutarakan selama dua bulan terakhir, luas lahan di kawasan TNWK yang terbakar mencapai sekitar 200 hektare. Itu terpantau terjadi di enam titik di tiga lokasi yaitu Seksi 1 Way Kanan, Seksi 2 Bungur, dan Seksi 3 Kuala Penet.
Adapun penyebab hangusnya total 200 hektare lahan TNWK tersebut, katanya, adalah persoalan klasik yakni ulah manusia yang sengaja melakukan kegiatan ilegal dalam hutan membakar lahan dengan tujuan tertentu seperti perburuan satwa.
"Pemburu satwa liar ini sengaja membakar lahan, karena memudahkan mereka (pemburu) untuk memasang perangkap ketika rerumputan liar mulai tumbuh lagi,"ujar Sukatmoko.
Menyikapi hal tersebut, pihaknya bekerjasama dengan TNI-Polri untuk memburu para pelaku pembakaran lahan kawasan TNWK tersebut.
"Kami bekerjasama dengan TNI-Polri, melakukan penyelidikan terkait aktifitas pembakaran yang dilakukan oleh para pemburu satwa tersebut," katanya.
Untuk penanganan karhutla TN Way Kambas yang terjadi sejak awal pekan ini, Sukatmoko mengatakan dilakukan bersama tim baik dari Balai TNWK, Polsek Braja Selebah, mitra TNWK (WCS, RPU, Alert dan ERU KHS), masyarakat mitra Polhut, Kelompok Tani Hutan, Pokdarwis Braja Harjosari, dan lainnya.
Tim gabungan mengalami kesulitan karena lokasi yang terbakar di daerah rawa gambut. Faktor lain yang membuat sulit adalah cuaca panas dampak El Nino, kencangnya angin, dan sulitnya mencari air.
"Sejak semalam hingga siang ini, tim gabungan masih terus berjaga memantau lokasi yang terbakar untuk memastikan tidak ada lagi penjalaran api dan titik api baru lagi. Tidak menutup kemungkinan, api bisa muncul kembali karena lokasi yang terbakar di rawa gambut,"ujarnya.
Titik lokasi kawasan TNWK yang terbakar pekan ini, kata Sukatmoko, yakni berada di Seksi 3 Kuala Penet, Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur. Lahan yang terbakar dari hasil pemetaan sementara, luasnya kurang lebih mencapai 70 hektare.
Dia mengatakan lokasi kebakaran itu, memang bukan zona inti melainkan wilayah vegetasi rawa dan terbuka dengan vegetasi tanaman jenis ilalang serta semak belukar. Walau begitu, ada dampak negatif terhadap satwa yang ada di TNWK meskipun tidak dengan satwa kunci seperti gajah, badak, dan harimau.
"Kebakaran yang terjadi ini, menghabiskan semak belukar membuat sejumlah satwa melata menjadi korban seperti trenggiling, ular dan unggas yang tidak bisa terbang. Satwa yang mati terbakar, tidak dapat dikenali karena hanya menyisakan abu dan tulang-belulang," ujar Sukatmoko.