BNPB: Titik Panas Karhutla di Kalteng dan Kalbar Naik Sepekan Terakhir

CNN Indonesia
Selasa, 10 Okt 2023 20:47 WIB
BNPB menyatakan dari enam provinsi yang masuk dalam prioritas penanganan karhutla, Kalteng dan Kalbar mengalami peningkatan hotspot sepekan terakhir.
Ilustrasi. BNPB menyatakan titik panas penyebab karhutla di Kalteng jadi 30.792 titik dan Kalbar jadi 5.834 titik. (ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) mengungkapkan ada dua dari enam provinsi yang masuk dalam prioritas penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mengalami kenaikan titik panas atau hotspot dalam sepekan terakhir.

Dua provinsi itu adalah Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Kalimantan Barat (Kalbar). Sementara itu, empat provinsi lainnya yaitu Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Jambi, dan Riau mengalami penurunan jumlah hotspot.

Hostpot adalah citra satelit yang mengindikasikan lokasi karhutla.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hanya dua yang naik, sisanya turun," kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam siaran di kanal Youtube BNPB Indonesia, Selasa (10/10).

Berdasarkan catatan BNPB, jumlah hotspot di Kalteng pada 1 sampai 7 Oktober mencapai 30.792 itu. Jumlah itu mengalami kenaikan dari jumlah hotspot pada 25-30 September yakni 25.950 titik.

Di Kalbar, jumlah hotspot pada 1 sampai 7 Oktober mencapai 5.834 titik. Jumlah itu mengalami kenaikan dari sepekan sebelumnya sebanyak 4.757 titik.

Sementara itu, di Sumsel pada periode 1 sampai 7 Oktober jumlah hotspot tercatat 14.439 titik. Jumlah itu mengalami penurunan dari sepekan sebelumnya yang mencapai 17.141 titik.

Kemudian Kalsel, sepekan terakhir jumlah hotspot jadi 7.636 titik. Mengalami penurunan dari 13.389 titik.

Jambi selama sepekan terakhir ditemukan 978 hotspot atau mengalami penurunan dari sepekan sebelumnya yang mencapai 1.501 titik.

Terakhir, jumlah hotspot di Riau juga mengalami penurunan selama sepekan terakhir yakni dari 1.099 menjadi 697 titik.

Menurut Abdul, puncak hotspot terjadi pada pekan terakhir September. Pada pekan awal Oktober, beberapa daerah mulai diguyur hujan, sehingga jumlah hotspot mengalami penurunan.

"Jadi, meskipun di beberapa tempat masih menyala, tapi keberadaan hujan di beberapa tempat yang cukup intens dalam mereduksi titik api dan cakupan terbakar," ujarnya.

(yla/tsa)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER