Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy membantah kabar 11 orang di Yahukimo, Papua Pegunungan, meninggal akibat kelaparan.
Muhadjir membenarkan di Yahukimo telah terjadi bencana kekurangan pangan. Namun, ia menyebut hingga kini pemerintah belum menemukan bukti bahwa belasan orang tersebut meninggal karena kelaparan.
Alasan dia, warga yang meninggal tercatat pada rentang pada rentang waktu cukup panjang, yakni mulai Februari hingga Oktober 2023.
"Kita belum bisa memastikan dia memang meninggal karena kelaparan. Artinya tidak ada kaitan, belum ada bukti bahwa itu ada kaitan langsung dengan kelaparan. Bahwa di sana ada kekurangan pangan iya, kekurangan bahan pangan iya," kata Muhadjir di kantor Kemenko PMK, Rabu (25/10).
"Berdasarkan penjelasan bupati tadi sebetulnya tidak ada evidence (bukti) bahwa mereka meninggal memang karena kelaparan," imbuh Muhadjir.
Dia menyampaikan pemerintah akan menyalurkan bantuan pangan ke Yahukimo sebagai antisipasi bencana kelaparan.
"Akan kita pasok kalau memang betul tadi itu antara yang disebabkan oleh karena tadi itu kelaparan. Ya, ini bisa jadi solusi untuk segera kita siapkan bahan pangan yang cukup," ujarnya.
Ia menuturkan Pemerintah Kabupaten Yahukimo telah menetapkan status tanggap darurat gagal panen pada 12 Oktober hingga 1 November 2023.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menyatakan selama masa tanggap darurat itu pihaknya akan mengirimkan logistik ke Yahukimo.
Adapun rinciannya yakni beras 20 ton, makanan siap saji 10.000 bungkus, biskuit protein 10.000 bungkus, tenda pengungsi lima unit, sembako 1.500 paket, hygiene kit 1.500 paket, lampu solar panel 50 set, dan anggaran untuk operasional sebesar Rp1 miliar.
"Kita juga siapkan satu pesawat untuk mengangkutnya karena di sana medannya sangat berat dan dari satu titik ke titik lain, satu daerah ke daerah lain itu hanya bisa menggunakan jalur udara menggunakan pesawat," kata Suharyanto.