Dua jurnalis di Banda Aceh mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari tim pengawal Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri.
Kedua jurnalis itu diintimidasi saat merekam Firli Bahuri makan durian di Warkop Sekber Jurnalis, Banda Aceh, Kamis (9/11) malam. Kedua jurnalis tersebut yaitu Raja Umar dari Kompas TV dan Lala Nurmala dari Puja TV.
Raja Umar mengatakan awalnya dia ingin melakukan wawancara Firli. Namun ditolak oleh Firli karena sedang makan durian.
"Saat itu saya ingin mewawancarai Ketua KPK terkait agenda kunjungan ke Aceh dan minta tanggapannya terhadap tudingan Firli mengulurkan waktu dari panggilan Polda Metro. Lalu Firli menjawab 'tidak ada komentar, saya lagi makan duren'," kata Umar kepada wartawan, Jumat (10/11).
Lantas Umar meminta izin agar Firli mau memberi komentar setelah makan durian sembari menunggu agak jauh dari meja tempat Firli makan. Namun, pihak kepolisian pengawal Firli mendatangi Umar untuk menghapus semua foto dan video.
Awalnya Umar tidak merespons permintaan polisi tersebut, karena ia sudah menyebut dirinya jurnalis sambil menunjukkan id card pers. Lalu Umar kembali didatangi polisi berpakaian preman untuk mengecek semua galeri ponsel miliknya.
"Karena dipaksa disuruh buka galeri di ponsel, saya langsung hidupkan rekaman saya rekam, lalu saya tanya sambil buka galeri yang mana foto yang harus saya hapus. dan polisi itu tahu saya merekam audio dia juga meminta menghapus rekaman tersebut lalu saya melawan," ucapnya.
Rekaman audio tersebut juga sudah sempat dikirim oleh Umar ke redaksinya dan ke group wartawan di Aceh lainnya, agar bisa dijadikan barang bukti jika terjadi sesuatu dengannya.
Sementara itu Jurnalis Puja TV, Lala Nurmala mendapat perlakuan yang sama dengan Umar. Ia sempat merekam saat Umar meminta izin dengan Firli untuk wawancara.
Aksi Lala juga diketahui oleh tim pengawal Firli Bahuri dan menanyakan kepada Lala apakah mengambil video atau tidak. Saat itu Lala menjawab tidak merekam.
Kemudian pengawal tersebut meminta Lala untuk membuka galeri ponsel untuk menghapus semua foto dan video yang berhubungan dengan Firli. Kemudian Lala menghapus beberapa foto dan video karena tertekan.
"Terus dia meminta hapus. Akhirnya saya hapus. Ya, ini kan sudah tertekan. Dia minta buka ponsel kita, padahal ponsel itu kan privasi kita sebenarnya. Sedangkan saya dari awal sudah bilang tidak merekam, tapi dia bersikeras memaksa," ujarnya.
Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri mengatakan pihaknya sudah menerima informasi tersebut dan akan melakukan pengecekan terlebih dahulu.
"Oh iya saya membaca dalam pemberitaan itu, tentu kami nanti segera cek ya karena memang kami kan tidak tahu siapa yang melakukan itu," ujar Ali di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Jumat.
Ali menyebut perbuatan intimidasi tidak dapat dibenarkan, terlebih kepada orang yang sedang melakukan pekerjaannya.
"Yang pasti tidak boleh kalau memang betul ada intimidasi pada teman-teman jurnalis karena kami sangat yakin pada kebebasan pers untuk teman-teman dapat informasi dan disampaikan kepada masyarakat," ucap Ali.
"Kami belum tahu apakah dari pihak KPK atau bukan. Kalau teman-teman bisa pastikan dari petugas KPK baru nanti kami akan cek kembali tentunya," ujarnya.
Diketahui, kedatangan Firli Bahuri ke Aceh dalam rangka mengikuti road show bus KPK dan Road To Hakordia. Di sela kegiatan dinas KPK tersebut, Firli juga terpantau melakukan aktivitas belajar masak nasi goreng, main bulu tangkis, merayakan ulang tahun ke-60 hingga makan duren dengan didampingi para pemilik media yang tergabung dalam JMSI.
(dra/isn)