Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Denpasar di Jalan Kecubung I Nomor 4, Denpasar Timur, Denpasar, Bali, dijaga ketat.
Hal tersebut dilakukan setelah kantor Satpol PP diserang 25 orang tak dikenal (OTK), Minggu (26/11).
Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat Satpol PP Kota Denpasar Nyoman Sudarsana menyiagakan satu tim dengan jumlah 16-20 orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami belum melakukan permintaan bantuan ke teman-teman keamanan lain, seperti polisi maupun tentara. Tapi, kami fokus pada kekuatan kami yang ada," sebut Sudarsana mengutip dari detikBali, Senin (27/11).
Menurutnya, Satpol PP Kota Denpasar juga melakukan antisipasi agar kejadian serupa tidak kembali terjadi. Salah satunya dengan memantau dinamika pergerakan masyarakat terhadap kejadian ini.
Selain itu, saat dihubungi, Sudarsana meminta pihak kepolisian menangkap para preman yang melakukan pengerusakan dan penganiayaan kepada anggotanya yang terjadi pada Minggu kemarin.
"Jadi pimpinan sudah BAP di sana (ke kepolisian). Jadi, kita tetap memohon kepada kepolisian biar bisa semuanya itu tertangkap. Kemudian diproses secara hukum karena mereka datang melakukan pengerusakan dan tindakan kriminal," kata Sudarsana, Senin (27/11).
Ia menerangkan, anggotanya yang dianiaya ada enam orang dan satu orang mengalami luka berat dan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya, Kota Denpasar.
"Ada enam kemudian yang lima luka ringan dan yang satu luka agak berat sedikit dan itu dirawat di Rumah Sakit Wangaya. Kalau yang masih dirawat satu orang dan kondisinya sudah agak membaik," imbuhnya.
Ia juga menceritakan aksi puluhan preman yang berjumlah sekitar 25 orang itu saat melakukan penyerangan ke Kantor Satpol PP Kota Denpasar, Bali.
Sudarsana menerangkan mulanya anggota Satpol PP Kota Denpasar melakukan penertiban di salah satu tempat prostitusi di Kota Denpasar, para Sabtu (25/11) sekitar pukul 23.00 WITA.
Kemudian, menemukan sejumlah perempuan Pekerja Seks Komersial (PSK) dan mereka diketahui tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) sehingga dibawa ke Kantor Satpol PP Kota Denpasar.
"Iya disinyalir tempat prostitusi, karena kita melakukan penertiban kependudukan di lokasi itu dan ternyata yang kita temukan wanita-wanita itu tidak ber KTP pada saat kita lakukan penertiban itu. Sehingga kita bawalah ke Kantor Satpol PP," ujar Sudarsana.
"Setelah mereka terindikasi tidak bawa KTP kita bawa ke Kantor Satpol PP. Rencananya hari ini kita BAP karena saat tersidak mereka tidak bisa menunjukkan data kependudukan," imbuhnya.
Kemudian, pada Minggu (26/11) sekitar pukul 04.30 WITA datang satu orang yang teriak-teriak meminta pintu gerbang dibuka dan mengaku seorang preman dan mengancam kalau tidak dibuka akan dibunuh dan sempat mengacungkan pistol. Lalu beberapa saat kemudian datang gerombolan.
"Mereka datang bergerombol dan langsung melakukan penyerangan karena kita tidak bisa dialog. Mereka bilang buka-buka pintunya dan gerbangnya masih terkunci jadi digebrak-gebrak, kalau tidak dibuka aku bunuh kau," ujarnya.
(kdf/kid)