Aksi Kamisan ke-797, Massa Gelar Teatrikal 'Presiden atau Pesinden'

CNN Indonesia
Kamis, 30 Nov 2023 20:08 WIB
Ilustrasi. Aksi Kamisan kembali digelar di seberang Istana Negara, Kamis (30/11). Massa menggelar aksi teatrikal 'presiden atau pesinden'. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia --

Puluhan masyarakat sipil kembali menggelar Aksi Kamisan yang rutin digelar di seberang kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, pada Kamis (30/1) ini.

Aksi kali ini merupakan yang ke-797.

Masyarakat sipil kompak menggunakan baju dan membawa payung hitam yang merupakan ciri khas dalam aksi rutin ini. Beberapa orang membawa poster berisi kritik terhadap pemerintah.

Kali ini, peserta aksi dari STF Driyarkara Jakarta mementaskan teater dengan tema 'Presiden atau Pesinden'. Teater ini berisi kritik 10 tahun Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang dianggap tak membuahkan hasil apa-apa terkait penyelesaian pelanggaran hak asasi manusia (HAM).

Teater dibuka dengan rakyat yang berduka atas permasalahan yang menimpanya. Anggota keluarganya ada yang dipukul hingga berlumur darah oleh sosok yang menggunakan seragam. Bahkan ada yang meninggal.

Lalu, sejumlah orang muncul dengan menaburkan bunga tanda turut berduka. Setelah itu muncul sosok pria lugu yang mengaku dari Solo mencalonkan diri sebagai presiden.

Sosok pria Solo itu menyebut dirinya sesama rakyat. Sosok itu juga mengaku hanya tukang kayu. Dia lalu mengobral banyak janji, hingga mendapat simpati dari rakyat. Singkat cerita, pria itu pun berhasil menjadi presiden.

Namun, setelah menjadi presiden, pria dari Solo itu hanya diam. Padahal, rakyat kesusahan. Teriakan rakyat tak didengar. Sosok pria tukang kayu dari Solo itu anteng di atas meta tinggi ditemani perempuan berkebaya.

"Sepuluh tahun loh, sepuluh tahun, begini doang. Kemana saja? Sepuluh tahun waktu yang lama aduuuh. Presiden, sepuluh tahun ini," ujar salah satu tokoh rakyat dalam teater itu.

"Mana HAM yang kau janjikan?" teriak sosok rakyat yang lain ke presiden.

Mereka juga menyentil presiden yang justru melindungi pelanggar HAM berat.

"Prabotan dan Srimulatan sama Wartanto malah menjadi menteri," kata sosok rakyat lagi.

Kemudian, sosok rakyat yang menggunakan kaos putih berbisik ke pria yang memakai baju batik. Pria berbaju batik itu berperan sebagai menteri yang bernama Prabotan.

"Bagaimana Pak Prabotan, menteri andalan presiden?" tanya dia, persis di kuping Pak Prabotan.

"Kasus HAM Bapak!" teriaknya sambil melebarkan kuping Prabotan dengan tarikan tangannya.

Teater ini berujung dengan pencopotan atribut pada tokoh presiden. Tanda kekecewaan rakyat. Namun, tokoh presiden tetap diam, bergeming, tak peduli.

Menurut mahasiswa STF Driyarkara, presiden dan pesinden mempunyai kesamaan. Seharusnya, membuat tenang.

Namun, terdapat perbedaan. Sosok sinden akan membuat tenang pendengarnya jika bernyanyi. Jika presiden, belum tentu membuat tenang jika mengeluarkan 'nyanyiannya' alias petuah.

"Indonesia chaos, presiden bertitah, semuanya tidak ada yang membantah," ujar mahasiswa itu.

"Namun, apakah presiden kerjanya hanya merintah? Enggak presiden enggak hanya memerintah. Presiden juga harus beraksi," lanjutnya.

Keluarga korban tragedi Semanggi, Sumarsih juga turut hadir dalam aksi itu. Dia juga mengkritik pemerintah yang tak serius dalam penyelesaian masalah HAM.

"Pelanggaran HAM sudah diakui oleh negara. Tapi sampai sekarang HAM jadi komoditas politik yang tiap pemilu dijadikan alat meraup suara. Seperti apa yang dilakukan oleh Pak Jokowi, tetapi Pak Jokowi aslinya jadi pelindung pelanggar HAM berat," ujar Sumarsih.

Aksi Kamisan digelar setiap hari Kamis di depan Istana Negara yang dilakukan oleh korban dan keluarga pelanggaran HAM. Aksi tersebut pertama kali dimulai pada tanggal 18 Januari 2007.

(yla/tsa)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK