Cawapres nomor urut tiga Mahfud MD bercerita sempat tak enak hati ketika menggelar kampanye lantaran berkaca pada pengalaman sebelumnya jika kampanye banyak bohongnya.
"Kalau saya paling tidak senang kalau disuruh kampanye, karena apa? Karena itu namanya menawarkan diri, 'oh saya begini, oh saya bisa begini', banyak bohongnya itu kampanye," kata Mahfud di Mukernas MUI di Hotel Mercure Ancol, Jakarta, Jumat (1/12).
Mahfud mengklaim tidak pernah menawarkan para pemilih untuk memilih dirinya ketika turun berkampanye. Ia memiliki prinsip membiarkan masyarakat memilih calon pemimpinnya sesuai dengan hati nurani masing-masing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini ada calon bagus-bagus, pilih mana yang menurut Ibu Bapak mau pilih. Yang penting kembali ke hati nurani. Karena banyak kan Pondok Pesantren didatangi dirayu-rayu, lalu deklarasi dikasih ini, dikasih itu, LSM, kampus dikasih ini itu, lalu berjanji mendukung," kata dia.
Mahfud turut mengkritik orang-orang yang memilih capres tertentu lantaran diiming-imingi materi atau dijanjikan sesuatu. Baginya, para pemilih tersebut tidak punya pendirian.
"Saya sering mengibaratkan orang yang memilih karena dibayar, karena dirayu, karena diiming-iming, karena dijamin-jamin itu, itu menurut saya dalam kategori maaf maaf, [dalam] Al Quran itu seperti binatang ternak, enggak punya pendirian," kata dia.
Di sisi lain, Mahfud menyinggung ada fenomena terdapat tekanan dari sejumlah pihak memilih calon tertentu di Pilpres.
Meski ada tekanan tersebut, ia tetap menekankan warga tak takut dan tetap memilih dengan hati nurani ketika hari pencoblosan tiba.
"Menurut saya, ada yang diteror juga, ditelpon Kodim, Polres, dipanggil ke kantor polisi ditakut-takuti. Saya katakan 'ya sudah nanti pilih saja. Kalau nanti dibegitukan manut saja, diam. Kalau disuruh kamu harus milih, 'iya pak, milih'. Kamu harus gini tak kasih ini. Tapi nanti pada saat coblosan pilih sesuai hati nurani," ucapnya.
Mahfud berpasangan dengan Ganjar Pranowo sebagai capresnya. Pasangan ini diusung oleh koalisi PDIP, PPP, Perindo dan Hanura.
(rzr/dna)