Gibran Klaim Tak Pakai Kata Sulit di Debat Cawapres: Istilah Biasa

CNN Indonesia
Sabtu, 23 Des 2023 12:00 WIB
Jakarta, CNN Indonesia --

Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka mengaku tidak menggunakan kata-kata atau istilah sulit saat debat cawapres Pilpres 2024 yang dihelat Komisi Pemilihan Umum (KPU) di JCC Senayan, Jakarta, Jumat (22/12) malam.

Hal itu Gibran sampaikan saat menjawab pertanyaan awak media apakah dia memang sengaja memakai kata-kata sulit sebagai salah satu strategi menghadapi dua kandidat cawapres lain yang jadi lawan debat.

"Tidak ada kata-kata sulit, itu istilah biasa dalam investasi ya," ujar Gibran usai menyambangi Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (23/12) pagi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gibran juga sempat membantah kala ditanya awak media apakah strategi itu mengikuti cara ayahnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ikut debat Capres Pemilu 2014 dan Pemilu 2019.

"Enggak," klaim pria berusia 36 itu singkat.

Sebelumnya, Gibran menyampaikan pertanyaan dengan istilah 'asing' atau tak familier buat lawan-lawan debatnya di debat cawapres Pilpres 2024 pada Jumat malam lalu.

Sebagai informasi, upaya yang sama juga pernah dilakukan Jokowi saat mengikuti debat capres di Pilpres 2014 dan 2019 yang kala itu berhadapan dengan orang sama yakni Prabowo Subianto.

Prabowo yang kini menjabat Menteri Pertahanan merupakan capres nomor urut 2 yang menggandeng Gibran sebagai mitranya di Pilpres 2024.

Momen Gibran bertanya pakai istilah ke Cak Imin dan Mahfud 

Dalam debat cawapres semalam, Gibran bertanya kepada calon wakil presiden nomor urut 3, Mahfud MD soal istilah Carbon Capture and Storage (CCS).

Gibran bertanya pada Mahfud soal bagaimana cara membuat regulasi CCS.

Mahfud lantas menjawab langkah pertama yang akan dilakukan adalah membuat naskah akademik. Selain itu, Mahfud juga menyebut dalam membangun apapun harus ada sistem pengawasan keuangan, termasuk CCS.

Ditemui usai debat, Mahfud menilai pertanyaan Gibran mengenai carbon capture pada debat ini tidak relevan dengan tema debat cawapres yang digelar KPU kali ini. Ia mengatakan carbon capture mestinya dibahas dalam debat keempat Pilpres 2024 nanti.

Berdasarkan laman Kementerian ESDM, CCS adalah salah satu teknologi mitigasi pemanasan global dengan cara mengurangi emisi CO2 ke atmosfer.

Teknologi ini adalah rangkaian pelaksanaan proses yang terkait satu sama lain, mulai dari pemisahan dan penangkapan (capture) CO2 dari sumber emisi gas buang (flue gas), pengangkutan CO2 tertangkap ke tempat penyimpanan (transportation), dan penyimpanan ke tempat yang aman (storage).

Selain mengeluarkan istilah CCS, Gibran juga bertanya kepada cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, terkait cara mendongkrak peringkat Indonesia di SGIE. SGIE adalah akronim dari State of the Global Islamic Economy. Namun, Imin mengaku tidak tahu apa itu SGIE.

Lebih lanjut, capres nomor urut 1 Anies Baswedan membela pendampingnya, Cak Imin yang mendapat pertanyaan tentang SGIE dari Gibran.

Anies mengatakan pertanyaan Gibran itu berkaitan dengan terminologi teknis. Padahal, Anies menilai sesi debat ini lebih membutuhkan hal-hal yang substansial.

Gaya Jokowi di 2014 dan 2019

Gaya Gibran yang mengeluarkan diksi 'asing' tersebut juga pernah dilakukan oleh Jokowi pada debat capres Juni 2014. Saat itu, Jokowi berhadapan dengan lawannya, Prabowo Subianto.

Pada momen itu, Jokowi sempat memberikan pertanyaan soal bagaimana cara meningkatkan peran TPID kepada Prabowo Subianto.

Prabowo kemudian bertanya balik soal singkatan TPID. Kemudian, Jokowi lantas menjelaskan ke Prabowo soal kepanjangan TPID adalah Tim Pengendalian Inflasi Daerah. Saat itu, Prabowo mengaku bahwa dirinya tidak terlalu menguasai singkatan.

Uoaya serupa kembali Jokowi pakai pada debat melawan Prabowo di Pilpres 2019. Kala itu, Jokowi mengutarakan istilah 'unicorn'.

Jokowi bertanya apa yang akan dilakukan Prabowo apabila terpilih untuk mendukung dan mengembangkan perusahaan rintisan (start up) terutama yang sudah berlabel unicorn.

Unicorn adalah istilah yang sangat familiar di dunia perusahaan rintisan atau startup. Istilah itu digunakan untuk mendeskripsikan perusahaan privat yang telah mengantongi valuasi lebih dari US$1 miliar.

(pop/kid)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER