Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 1, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengatakan kiamat semakin dekat. Dia menyebut berbagai bencana lingkungan sudah terjadi.
Hal itu dia sampaikan dalam debat cawapres di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat pada Minggu (22/1) malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bencana ekologis, banjir, longsor dan berbagai keadaan sulit terjadi. Ini bukan main-main. Ini serius. Kalau mau jujur kiamat makin dekat ini," kata Imin.
Dalam pernyataan penutupnya, Imin juga mengatakan masyarakat harus tobat ekologis. Hal itu sempat disinggung oleh Paus Fransiskus, pemimpin gereja Katolik sekaligus kepala negara Vatikan. Menurut Imin, etika, pembangunan dan lingkungan jangan dilakukan ugal-ugalan.
Cak Imin menekankan soal keharusan akan pembangunan berkelanjutan. Baginya, pembangunan berkelanjutan terjadi ketika tak ada satu pihak rentan yang ditinggalkan seperti petani, peternak, nelayan, masyarakat adat dan seluruh kelompok rentan lainnya.
"Pembangunan berkelanjutan jangan diabaikan, malah ngurusi kekuasaan yang berkelanjutan. Oleh karena itu kita harus ingat bahwa Quran menyatakan ẓaharal-fasādu fil-barri wal-baḥri bimā kasabat aidin-nāsi, telah nyata kerusakan di darat dan di laut karena ulah tangan manusia," kata dia.
"Bahkan, Paus Fransiskus juga mengingatkan kepada kita semua. Posisi yang agak rawan masa depan kita, kita harus melakukan taubat ekologis. Taubat itu dimulai dari etika. Sekali lagi, etika. Etika lingkungan dan etika pembangunan. Jangan ugal-ugalan. Jangan ngangkangi aturan. Jangan sembrono ojo sakarepmu dewe," imbuhnya.
Dia menyatakan jika AMIN mendapatkan mandat, mereka akan sungguh-sungguh mengatasi krisis iklim. Imin berjanji akan mengucurkan anggaran, riset dan implementasi energi baru terbarukan.
Cak Imin juga berjanji akan mengesahkan RUU Masyarakat Adat secepatnya. Dana subsidi atau dana untuk masyarakat desa akan ditingkatkan Rp5 miliar per tahun agar warga desa dapat menikmati pembangunan.
"Yang selanjutnya kita juga akan teruskan subsidi BBM untuk masyarakat miskin, petani, nelayan miskin, dan kelompok rentan lainnya," ucapnya.
"Transportasi publik menggunakan energi listrik juga menjadi salah satu solusi untuk mengurangi polusi dengan cara pembangunan kota. Reforma agraria harus dieksekusi untuk memangkas ketimpangan. Saatnya kita berubah, saatnya kita pilih perubahan," imbuhnya.
(yla/pmg)