Civitas academica Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) ikut mengeluarkan seruan terkait kondisi demokrasi Indonesia. Salah satunya mereka mengkritik manipulasi konstitusi oleh penyelenggara negara.
Kritikan tersebut disampaikan dalam Seruan Moral Sivitas Akademika Unusia Jakarta "Suara Jelah Dari Amir Hamzah", Kamis (8/2). Dalam seruan itu, mereka turut mengutip hadis Nabi Muhammad SAW terkait kesalehan akhlak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tindakan abai dan ketidakpedulian terhadap nilai moral dan prinsip demokrasi dengan jalan memanipulasi konstitusi adalah praktik yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan tidak laik dilakukan oleh siapa pun saja, termasuk penyelenggara negara," bunyi pernyataan sikap tersebut.
Selain itu, civitas academica Unusia menyoroti hukum cenderung digunakan sebagai alat politik dan kekuasaan akhir-akhir ini. Bukan untuk membangun dan menjaga keadaban kehidupan bernegara.
Mereka juga melihat etika dalam bernegara kini makin sirna. Hal ini tercermin dalam sejumlah praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme telah merusak.
Civitas academica Unusia juga menyerukan kepada Presiden Joko Widodo sebagai kepala negara menginstruksikan jajaran bawahannya agar menghentikan kutukan terhadap seruan moral yang disampaikan oleh perguruan tinggi.
"Mendesak seluruh elemen yang berada di lembaga negara dan lembaga pemerintah untuk bersikap netral yang sesuai dengan amanat konstitusi dan nilai demokrasi, dan mengedepankan politik yang berakhlak," ujarnya.
Berikut seruan moral lengkap yang dikeluarkan Civitas academica Unusia terkait kondisi demokrasi di Indonesia:
1. Nabi Muhammad SAW telah menegaskan pentingnya moralitas dalam kehidupan manusia, beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia: "Sesungguhnya aku (Muhammad SAW.) diutus hanya untuk menyempurnakan kesalehan akhlak." (HR. Ahmad).
Tindakan abai dan ketidakpedulian terhadap nilai moral dan prinsip demokrasi dengan jalan memanipulasi konstitusi adalah praktik yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan tidak laik dilakukan oleh siapa pun saja, termasuk penyelenggara negara;
2. Sirnanya etika dalam berbangsa dan bernegara yang tercermin dalam sejumlah praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme telah merusak sendi-sendi dasar kehidupan dan kemanusiaan;
3. Menggesa Presiden sebagai kepala negara untuk menginstruksikan kepada jajaran bawahannya agar menghentikan kutukan terhadap seruan moral yang disampaikan oleh Perguruan Tinggi;
4. Mendesak seluruh elemen yang berada di Lembaga Negara dan Lembaga Pemerintah untuk bersikap netral yang sesuai dengan amanat konstitusi dan nilai demokrasi, dan mengedepankan politik yang berakhlak. Keberpihakan Lembaga negara dan Lembaga pemerintah dalam kontestasi pemilihan umum merupakan bentuk kecurangan yang mencederai konstitusi, nilai-nilai demokrasi dan tidak dapat dibenarkan;
5. Mengajak seluruh masyarakat untuk bergerak bersama-sama merawat nilai-nilai demokrasi sebagai bentuk implementasi cita-cita kemerdekaan dalam berbangsa dan bernegara;
6. Mengajak seluruh kolega di lembaga pendidikan untuk bersama-sama menseriusi pendidikan moral dan etika. Bahwa tugas lembaga pendidikan bukan saja mengajar apalagi hanya mencetak buruh terampil. Tugas pendidikan ialah mengajar (ta'lim), mendidik (tarbiyah), dan mengembangkan manusia yang bermoral (ta'dib), karena tujuan pendidikan tidak lain ialah untuk membangun dan mengembangkan potensi rohani manusia (ulul albab).
CNNIndonesia.com berupaya menghubungi Rektor Unusia Juri Ardiantoro melalui pesan singkat terkait adanya seruan moral dari civitas academica Unusia ini. Namun yang bersangkutan belum merespons hingga berita ini diturunkan.
(rzr/fra)