Peserta Kamisan Baca Surat Terbuka: Hentikan Pengkhianatan Demokrasi

CNN Indonesia
Kamis, 15 Feb 2024 18:00 WIB
Aksi Kamisan ke-805 yang digelar pada Kamis (15/2) ini menyinggung soal penyelenggaraan Pemilu 2024. (CNN Indonesia/ Adi Ibrahim)
Jakarta, CNN Indonesia --

Aksi Kamisan ke-805 yang digelar pada Kamis (15/2) ini menyinggung soal penyelenggaraan Pemilu 2024. Sumarsih, ibu dari korban Tragedi Semanggi I, membacakan surat terbuka berjudul 'Hentikan Pengkhianatan terhadap Demokrasi dan Agenda Reformasi'.

Melalui surat itu, Sumarsih menyinggung soal kemenangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka berdasarkan hasil hitung cepat atau quick count. Ia mengatakan masyarakat sipil mengecam praktik kotor dalam kontestasi Pemilu 2024.

"Kami mengecam praktik kotor yang menyelimuti kontestasi Pemilu 2024 yang membuktikan upaya rezim untuk melemahkan demokrasi melalui manipulasi hukum, penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi hingga pembungkaman kritik," kata Sumarsih.

Sumarsih menilai pencalonan Prabowo-Gibran dan dukungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap paslon itu, merupakan pengkhianatan terhadap agenda reformasi 1998.

Menurutnya, kolusi dan nepotisme dipertontonkan. Hukum dimanipulasi untuk meloloskan Gibran yang merupakan putra sulung Jokowi.

Ia mengatakan berbagai laporan juga menyebut bahwa alat dan sumber daya negara yang didanai oleh uang rakyat dikerahkan untuk memenangkan paslon tersebut.

"Mulai dari laporan adanya pengerahan kepala desa, tekanan dari aparat keamanan hingga penyaluran bansos," ucapnya.

Pada kesempatan yang sama, Sumarsih juga menjelaskan bahwa aksi Kamisan adalah cara bagi mereka untuk bertahan, berjuang membongkar fakta kebenaran, mencari keadilan, hingga melawan impunitas.

"Jadi di dalam aksi kamisan ini kita tidak ada dukung-mendukung capres-cawapres atau caleg, karena kita sudah tahu semua karena pengalaman setiap lima tahun kami selalu dibohongi, janji-janji manis mereka tidak pernah ada yang dipenuhi," katanya.

Aksi Kamisan pertama kali dimulai pada 18 Januari 2007. Elemen masyarakat sipil, para aktivis, korban dan keluarga pelanggaran HAM berkumpul menuntut negara mengusut tuntas kasus pelanggaran HAM berat.



(yoa/tsa)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK