Tolak Serahkan Jasad, Rusia Dituding Jadi Dalang Kematian Navalny

CNN Indonesia
Minggu, 18 Feb 2024 00:04 WIB
Pendukung Alexei Navalny menuding pemerintah Rusia di balik kematian pemimpin oposisi, sekaligus musuh Presiden Vladimir Putin itu.
Ilustrasi. Pendukung Alexei Navalny menuding pemerintah Rusia di balik kematian pemimpin oposisi, sekaligus musuh Presiden Vladimir Putin itu. (Foto: AFP/-)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pendukung Alexei Navalny menuding pemerintah Rusia di balik kematian pemimpin oposisi, sekaligus musuh Presiden Vladimir Putin itu. Pasalnya, pemerintah disebut berupaya 'menyembunyikan kesalahan mereka' dengan menolak menyerahkan jasadnya.

Di sisi lain, Kremlin sampai saat ini juga belum bersuara meski mendapat pelbagai tuduhan dari Barat terkait kematian Navalny.

Pengkritik Kremlin berusia 47 tahun itu meninggal di sebuah penjara di Kutub Utara, Jumat (16/2), setelah menghabiskan lebih dari tiga tahun di balik jeruji besi. Penahanan Navalny sempat memicu kemarahan dan kecaman dari para pemimpin Barat dan para pendukungnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kematiannya, yang dituding oleh Barat sebagai ulah Kremlin, membuat oposisi Rusia kehilangan tokohnya hanya sebulan sebelum pemilihan umum yang akan memperpanjang cengkeraman kekuasaan Putin.

Kira Yarmysh, juru bicara keluarga mengatakan bahwa ibu Navalny, Lyudmila, dan pengacaranya tidak diberi izin untuk melihat jasadnya setelah tiba di penjara.

"Sudah jelas bahwa para pembunuh ingin menutupi jejak mereka dan karena itu mereka tidak menyerahkan jasad Alexei, bahkan menyembunyikannya dari ibunya," kata tim Navalny dalam sebuah unggahan di Telegram, mengutip AFP, Sabtu (17/2).

Polisi Rusia pada Sabtu bergerak cepat untuk membubarkan unjuk rasa kecil dan peringatan untuk menghormati almarhum kritikus Kremlin tersebut. Mereka menangkap lebih dari 340 orang di 30 kota, kata kelompok hak asasi OVD-Info.

Di ibu kota Moskow, dua orang ditahan di tempat penghormatan sementara ratusan pelayat menangisi kematian pemimpin oposisi tersebut.

"Kematian Alexei Navalny adalah hal terburuk yang dapat terjadi pada Rusia," kata sebuah catatan yang ditinggalkan di antara bunga-bunga itu.

Setelah awalnya menolak tuduhan bahwa mereka yang harus disalahkan, Kremlin tidak menjelaskan tentang kematian Navalny, meskipun ada kecaman dari para pemimpin Barat.

Pertemuan para menteri luar negeri G7 di Munich mengheningkan cipta selama satu menit untuk sang pemimpin pada hari Sabtu, sementara Presiden AS Joe Biden menuding Putin sebagai penyebabnya.

"Jangan salah, Putin bertanggung jawab atas kematian Navalny," katanya pada hari Jumat.

Berbicara di Konferensi Keamanan Munich beberapa jam setelah berita kematian suaminya, Yulia Navalnaya mengatakan Putin dan rombongannya akan "dihukum atas semua yang telah mereka lakukan pada negara kami, pada keluarga dan suami saya".

Ia menyerukan kepada masyarakat internasional untuk "bersatu dan mengalahkan rezim yang jahat dan menakutkan ini".

Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Rusia Dmitry Muratov mengatakan bahwa kematian Navalny adalah "pembunuhan" dan bahwa ia ""disiksa dan dianiaya" selama tiga tahun yang dihabiskannya di penjara.

Penghormatan terus mengalir pada hari Sabtu, ketika para pendukung melakukan protes anti-Putin dan mendirikan tugu peringatan untuk Navalny di misi diplomatik Rusia di seluruh dunia.

Di Rusia, polisi menahan ratusan orang yang telah meletakkan bunga di monumen-monumen untuk para korban penindasan politik, kata kelompok-kelompok hak asasi manusia.

Dalam sebuah video yang diposting oleh media independen Sota dari ibu kota Moskow, seorang perempuan terdengar berteriak ketika kerumunan polisi menahannya dengan paksa, diiringi dengan teriakan "memalukan" dari para penonton.

(tim/dmi)


[Gambas:Video CNN]
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER