Santri Asal Banyuwangi Tewas Diduga Dianiaya Rekan Satu Ponpes Kediri

CNN Indonesia
Senin, 26 Feb 2024 14:31 WIB
Pihak keluarga telah membawa jasad korban ke RSUD Blambangan untuk pemeriksaan lebih lanjut, dan dugaan penganiayaan itu telah dilaporkan ke polisi.
Ilustrasi jenazah. (iStock/aradaphotography)
Surabaya, CNN Indonesia --

Seorang santri Pondok Pesantren PPTQ Al Hanifiyyah di Mojo, Kediri, Jawa Timur, Bintang Balqis Maulana (14) diduga tewas usai dianiaya sesama santri.

Santri asal Afdeling Kampunganyar, Kendenglembu, Karangharjo, Glenmore, Banyuwangi ini dipulangkan dari pondok pesantrennya dengan kondisi meninggal dunia. Tubuhnya penuh lebam dan luka robek.

Hal itu terungkap saat perwakilan pondok pesantren mengantarkan jenazah almarhum ke kediaman keluarganya di Banyuwangi, Sabtu (24/2) dini hari WIB.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kakak korban Mia Nur Khasanah (22) mengatakan semula pihak pesantren menyebut Bintang meninggal akibat terjatuh di kamar mandi.

"Awalnya dikabarkan meninggal karena terjatuh di kamar mandi," kata Mia, saat dikonfirmasi Senin (26/2).

Namun saat jenazah diangkat, ceceran darah keluar dari keranda yang membawa jasad. Oleh karena itu, pihak keluarga kemudian meminta untuk dibukakan kain kafan yang membungkus jenazah.

Namun permintaan keluarga itu sempat ditolak FTH yang juga masih sepupu korban. FTH bersama empat orang lain dari Ponpes itu ikut mengantar jenazah Bintang ke kediaman keluarganya di Banyuwangi.

"Kata sepupu saya sudah suci. Jadi enggak perlu dibuka [kain kafan] itu. Tapi kami tetap ngotot karena curiga adanya ceceran darah keluar dari keranda. Di situ perasaan saya dan ibu campur aduk," ungkap Mia.

Akhirnya desakan keluarga korban itu berujung dibukanya kain kafan di hadapan FTH dan pihak pesantren. Sontak, kata Mia, pihak keluarga histeris melihat kondisi jenazah almarhum.

"Saya bilang Astaghfirullah. Luka lebam di sekujur tubuh ditambah ada luka seperti jeratan leher. Hidungnya juga terlihat patah," tambah Mia.

Mia menambahkan, terdapat juga luka sundutan rokok di kaki korban. Jumlahnya lebih dari satu. Termasuk satu luka menganga pada dada korban

"Saya nangis, ini sudah pasti bukan jatuh, tapi dianiaya," katanya.

Atas dugaan penganiayaan itu, pihak keluarga lalu melapor ke Polsek Glenmore. Jasad korban juga sempat dibawa ke RSUD Blambangan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Namun kepolisian mengatakan kasus tersebut kini ditangani Polresta Kediri.

Dikonfirmasi terpisah, Pengasuh Ponpes PPTQ Al Hanifiyyah,  Fatihunada atau Gus Fatih mengaku tak tahu dugaan penganiayaan yang menyebabkan santrinya, Bintang Balqis Maulana (14) meninggal.

Gus Fatih mengatakan, ia mendapatkan laporan Bintang telah meninggal di rumah sakit akibat terpeleset di kamar mandi, Jumat (23/2) pagi. Ia mendapatkan kabar itu dari santrinya yang juga sepupu korban, FTH (17).

"Saya mendapat laporan itu jatuh terpeleset di kamar mandi terus kemudian dibawa ke rumah sakit dari saudaranya (Fatahilah). Kemudian saya spontan bertanya sakit apa kok ke rumah sakit, tapi ya saya percaya karena yang menyampaikan kakaknya (sepupu). Masak kakaknya mau menipu, kan kecil kemungkinan," kata Gus Fatih saat dikonfirmasi, Senin (26/2).

Lebih lanjut, pihaknya kemudian mencari ambulans untuk mengantar jenazah ke kampung halamannya di Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi.

Gus Fatih kemudian turut mengantarkan ke Banyuwangi bersama FTH dan beberapa santri lain, pada Jumat sore.

Dia mengaku tak tahu penyebab pasti kematian korban, dan juga mengklaim tak melihat kondisi jenazah Bintang yang sudah terbungkus kain kafan.

Sesampainya di kampung korban, dia juga mengaku sangat terkejut ketika melihat kondisi jenazah Bintang yang penuh luka dan lebam, hingga mengucurkan darah.

"Tidak tahu sama sekali. Jadi di luar prediksi saya, ada dugaan [penganiayaan] semacam itu. Munculnya dugaan aja tidak ada, wong dari awal bilangnya terpeleset," ujarnya.

Gus Fatih juga membantah menghalangi pihak keluarga untuk membuka kain kafan. Saat itu dia justru berada di belakang ambulans. Kemudian dia dipanggil oleh keluarga untuk melihat kondisi jenazah.

"Saya tidak tahu bukanya [kain kafan] kapan, tahu-tahu saya dipanggil diajak melihat. Jadi kalau ada rumor seakan pengantar tadi melarang dibuka, itu nggak karena logikanya saya di belakang. Saya di luar karena banyak sekali masyarakat di sana, sehingga rumahnya penuh. Saya mundur kan saya tamu," terangnya.

Kini Gus Fatih menyerahkan sepenuhnya kasus kematian santrinya itu ke pihak kepolisian. Dia sendiri sudah dimintai keterangan oleh polisi sejak di Banyuwangi hingga di Polres Kediri.

(frd/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER