Seorang pria asal Boyolali, Jawa Tengah dilaporkan meninggal dunia karena Leptospirosis di RSUD Fatmawati, Solo, Kamis (21/3). Kejadian tersebut merupakan kasus leptospirosis kedua yang ditemukan di Kabupaten Boyolali sepanjang tahun 2024.
Saat dikonfirmasi, Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali membenarkan informasi tersebut. Kepala Dinas Kesehatan Boyolali, Puji Astuti mengatakan pria berusia 57 tahun merupakan warga Desa Jeron, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali.
"Menurut hasil laboratorium yang kami terima iya. Positif Leptospirosis," kata Puji saat dihubungi melalui telepon, Senin (25/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Puji menerangkan pria tersebut mulai mengalami demam, pusing, dan diare sejak 10 Maret lalu. Gejala awal leptospirosis itu ia obati sendiri dengan membeli obat dari apotek.
"Sempat sembuh, bahkan sudah beraktivitas kembali di sawah. Yang bersangkutan kan pekerjaannya petani," kata Puji.
Pada tanggal 15 Maret 2024, gejala khas leptospirosis mulai muncul. Pria tersebut mengalami nyeri otot di beberapa bagian badannya. Lagi-lagi, pria tersebut melakukan pengobatan mandiri dengan mengonsumsi obat-obatan yang beredar bebas di apotek.
Pria tersebut baru berobat ke Puskesmas Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, 19 Maret atau sembilan hari setelah gejala awal muncul. Saat itu ia merasakan gejala mual, muntah, dan sesak nafas.
"Di sana dia tidak dapat kamar karena semua penuh. Akhirnya nggak jadi rawat inap, dia pulang lagi," kata Puji.
Karena sakitnya tak kunjung reda, keluarga pria itu mendatangkan dokter dari salah satu klinik di Boyolali. Dokter tersebut menyarankan agar yang bersangkutan dirujuk ke rumah sakit untuk mendapat perawatan yang memadai.
"Tanggal 20 Maret dia masuk RSUD Fatmawati, Solo, tanggal 21 pasien mengalami henti jantung dan henti nafas," katanya.
Puji menjelaskan kejadian tersebut merupakan kasus leptospirosis kedua di Boyolali.
"Kasus pertama Alhamdulillah bisa pulih," katanya.
Ia menambahkan leptospirosis merupakan ancaman serius bagi warga Boyolali. Merujuk data tahun 2022 tercatat ada 17 kasus leptospirosis di Boyolali. Tiga di antaranya meninggal dunia. Pada tahun 2023 jumlah kasus memang mengalami penurunan menjadi 15. Namun tingkat fatalitas meningkat menjadi empat pasien meninggal dunia.
Puji mengimbau agar masyarakat semakin waspada dengan penyakit yang menyebar melalui kencing tikus itu. Apalagi, kasus leptospirosis cenderung meningkat seiring banyaknya banjir yang terjadi di musim hujan.
"Kita harus waspada dengan pola hidup bersih sehat. Apalagi dengan kondisi hujan, banyak banjir. Daerah sekitar situ (Jeron, Nogosari) kan banyak banjir, tidak menutup kemungkinan aliran banjir itu mengandung virus ini," katanya.