Terminal Pulogebang, Jakarta Timur mulai dipadati pemudik pada H-8 Idulfitri, Selasa (2/4). Sejumlah pemudik memilih berangkat lebih awal guna menghindari kepadatan puncak arus mudik.
Pantauan CNNIndonesia.com, pemudik yang membawa anak-anak tampak duduk di ruang tunggu keberangkatan untuk menunggu jam berangkat busnya.
Salah satunya Marlina (40), pemudik dari Jakarta dengan tujuan Jambi. Ia mengaku berangkat lebih dulu dari pemudik lain lantaran ingin menghindari macet selama di perjalanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kepingin cepat ke kampung saja. Pinginnya biar enggak kena macet," ujar Marlina.
Marlina mudik bersama dua orang anaknya, Zahra (14) dan Arif (9). Sementara sang suami tetap berada di Jakarta dan tak ikut mudik.
Ia bercerita, kedua anaknya sudah libur sekolah. Marlina berencana kembali ke Jakarta sekitar 20 April 2024 mendatang.
Untuk keberangkatan ini, Marlina mengaku membeli tiket seharga Rp525 ribu per tiket.
Mudik membawa anak juga membuat Marlina melakukan sejumlah persiapan, di antaranya membawa bekal makanan untuk sepanjang perjalanan hingga obat untuk anaknya.
"Bawa bekal buat anak-anak. Bawa baju, oleh-oleh, obat. Perjalanan ke Jambi sekitar 25 jam," jelas Marlina.
Mudik bersama anak juga dilakukan oleh Susi Ramdalina (25) pemudik asal Bengkulu dengan tujuan Ponorogo, Jawa Timur. Dia mudik bersama suami dan anak laki-lakinya yang berusia 9 tahun.
"(Mudik lebih awal karena) takutnya macet. Perjalanannya 3 hari 2 malam. Anak sudah libur sekolah. Suami juga sudah libur kerja," kata Susi.
Susi memulai perjalanan mudiknya sejak 1 April. Dia berangkat menggunakan bus dari Bengkulu ke Jakarta. Harga tiket yang dibeli adalah Rp550 ribu per tiket.
Ia tiba di Terminal Pulo Gebang pada Selasa pagi untuk transit. Selanjutnya, perjalanan mudik ditempuh dengan bus dari Jakarta ke Ponorogo dengan harga tiket Rp350 ribu per tiket.
Susi menjelaskan estimasi perjalanan mudiknya paling cepat sampai di Ponorogo pada Rabu (3/4) besok pagi.
Adapun Ia mempersiapkan obat-obatan untuk sang anak dalam di perjalanan mudik kali ini.
"Ibarat mabok, minum obat mabok. Kebetulan juga badannya kurang sehat, jadi siapin parcetamol," tutur Susi.
Upaya persiapan mudik bersama anak-anak lain turut dilakukan Dhani (56), pemudik asal Jakarta dengan tujuan Palembang. Salah satunya dengan menggunakan gelang pengaman anak atau antilost strap.
Menurut Dhani, gelang pengaman perlu bagi para orang tua dengan anak usia di bawah lima tahun.
Ia menegaskan bahwa gelang tersebut tidak menimbulkan rasa sakit ketika dipakai oleh orang tua dan anak.
"Ini untuk safety aja ini. Kan kita mungkin di keramaian, di public area, kita mesti ada suatu atensi khusus ya, perhatian-perhatian. Ini untuk proteksi aja. Saya rasa ini perlu lah untuk orang tua yang punya anak kecil yang butuh perhatian ekstra," terang Dhani.
Keluarga Dhani mudik berjumlah 6 orang, tiga di antaranya merupakan anak-anak, yakni anak laki-laki berusia 5 tahun, anak perempuan berusia 3 tahun, dan bayi berusia 8 bulan.
Adapun Dhani tampak menggunakan gelang pengaman berwarna merah muda atau pink bersama anak perempuannya yang berusia 3 tahun.
Selain gelang pengaman, Dhani juga menyiapkan hal lain untuk perjalanan mudik bersama anak-anaknya.
"Persiapan khusus terutama makanan. Lalu, jaga-jaga misalnya ada kurang-kurang senat, siapin vitamin dan obat-obatan. Pakaian juga mesti ekstra," kata Dhani.
Dhani mengaku berangkat lebih awal karena memiliki keleluasaan waktu. Hal igu bertalian dengan dirinya yang sudah pensiun kerja dan anak-anak yang belum memasuki usia sekolah.
Selain itu, mudik lebih awal dipilih oleh keluarga Dhani karena ingin menghindari macet di perjalanan.
"Untuk menghindari tuslah katanya, kenaikan ongkos tiket menjelang lebaran. Tapi yang lebih penting kayaknya supaya enggak kena kepadatan. Kalau jauh-jauh hari kan masih agak longgar," ucap dia.
Dhani bercerita, dirinya merogoh kocek senilai Rp500 ribu per tiket untuk mudik kali ini.
(pop/isn)