Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengakui pemerintah lengah dalam menangani bencana banjir bandang lahar dingin di Sumatera Barat (Sumbar)
Muhadjir menyebut bencana kali ini jauh lebih parah jika dibandingkan dengan bencana-bencana sebelumnya yang melanda wilayah Sumbar. Sebab, ada banyak korban jiwa akibat bencana tersebut.
"Memang sudah bisa dipastikan sebetulnya kalau habis erupsi, kemudian ada banjir, itu pasti nanti akan diikuti dengan beludaknya. Kemarin mungkin agak lengah kita. Dan ini menjadi pelajaran yang sangat berharga walaupun sangat menyakitkan," kata Muhadjir di kantornya, Selasa (14/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Muhadjir berharap dalam waktu dekat pemerintah bisa mencari solusi permanen terkait bencana di Sumbar, khususnya dalam menangani lahar dingin yang bersumber dari Gunung Marapi.
Ia mengaku akan segera meninjau lokasi banjir bandang di Sumbar yang menewaskan puluhan orang itu.
"Karena kita tidak ingin terjadi berulang-ulang. Ciri kebodohan itu adalah kesalahan yang terjadi berulang-ulang," ucapnya.
Muhadjir mengaku telah mengingatkan bahwa Sumbar merupakan provinsi paling berisiko tinggi terjadi bencana.
Ia menyebutkan ada 460 dari 5.400 bencana terjadi di Sumbar sepanjang 2023.
"Karena itu memang harus ada perhatian khusus untuk penanganan bencana di Sumatera Barat. Dan hampir lengkap di sana itu. Mulai dari erupsi sampai hidrometeorologi sampai bencana-bencana yang lain itu terjadi di sana," ujar Muhadjir.
Banjir bandang menghantam sejumlah daerah di Sumatera Barat pada Sabtu malam (11/5). Data terbaru, sebanyak 57 orang tewas dalam bencana tersebut. Sebanyak 22 orang masih dalam pencarian.
Sebanyak empat kabupaten/kota terdampak cukup parah banjir bandang tersebut, yaitu Kabupaten Agam, Tanah Datar, Tanah Panjang, Padang Pariaman.
BNPB mengimbau masyarakat yang bermukim di sekitar bantaran sungai yang berhulu ke Gunung Marapi agar selalu waspada potensi risiko bahaya susulan.
(lna/isn)