Walkot Semarang Ajak Warga Manfaatkan Lahan Tidur untuk Urban Farming

Pemkot Semarang | CNN Indonesia
Rabu, 12 Jun 2024 12:56 WIB
Mbak Ita, panggilan Wali Kota Semarang, meminta warga untuk memanfaatkan tanah-tanah bengkok milik Pemkot Semarang sebagai lahan urban farming.
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mendorong masyarakat untuk memanfaatkan lahan tidur sebagai urban farming seperti yang dilakukan warga RT 2 RW 7, Kelurahan Tinjomoyo. (Foto: Arsip Pemkot Semarang)
Jakarta, CNN Indonesia --

Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mendorong masyarakat untuk memanfaatkan lahan tidur sebagai urban farming sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.

Sebelumnya, Mbak Ita, panggilan Hevearita menyampaikan bahwa tanah-tanah bengkok milik Pemkot Semarang bisa disewakan pada masyarakat sebagai lokasi urban farming. Mbak Ita menyebut, masih ada lahan-lahan kosong di wilayah Mijen, Tembalang, Gunungpati, serta Ngaliyan.

Semarang tercatat memiliki lahan produktif total 3 ribu hektare, atau 6 persen dari luas lahan Kota Semarang. Selain itu, ada sawah lestari seluas 1.600 hektare.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mungkin bisa menanam pepaya atau menanam cabai, tomat dan terong. Ini bertujuan menjaga tetap daulat pangan, membuat multiplier perekonomian kepada masyarakat," kata Mbak Ita pada Selasa (11/6).

Merespons hal itu, Plt Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang sekaligus Asisten Ekonomi, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat, Hernowo Budi Luhur menyebut saat ini pihaknya tengah melakukan inventarisir lahan tidur melalui masing-masing lurah dan camat.

"Kami akan bikin edaran untuk mendata lahan-lahan tidak produktif di sekitarnya. Kemudian juga melakukan pendekatan persuasif dengan pemilik lahan untuk menanam tanaman potensial," ujar Hernowo.

Hernowo menambahkan, pemilik lahan yang memiliki kesulitan dapat berkonsultasi langsung ke Dinas Pertanian atau UFC (Urban Farming Corner) atau di BPP baik di Ngaliyan, Mijen, Gunungpati maupun Banyumanik.

Menurutnya, upaya bercocok tanam di lahan tidur memiliki tujuan dua hal. Pertama, sebagai upaya mendorong ketahanan pangan lewat urban farming dan pertanian. Kedua, upaya konservasi tanah.

Salah satu contoh pemanfaatan lahan tidur itu adalah di RT 2 RW 7, Kelurahan Tinjomoyo yang dikelola Kelompok Wanita Tani (KWT) dan Karang Taruna Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang.

Camat Banyumanik, Eka Kriswati menyatakan bahwa lahan tidur itu kini sudah menjadi area urban farming dengan beragam sayur-mayur yang tumbuh subur.

"Ini wujud kolaborasi yang diinisiasi oleh Karang Taruna termasuk Petani Milenial dan KWT yang menggerakkan anggotanya," kata Eka usai panen sawi, bayam, dan kangkung di lahan urban farming yang dikelola Karang Taruna Tinjomoyo, Senin (11/6).

Eka menjelaskan, area itu merupakan tanah bengkok milik Pemkot Semarang yang tidak berfungsi selama beberapa tahun. Warga Kelurahan Tinjomoyo lantas mulai bercocok tanam di lahan seluas 70 meter persegi.

Seiring waktu, urban farming berkembang dengan kehadiran kolam ikan, pengelolaan sampah atau Bank Sampah, serta taman sebagai edukasi untuk anak-anak. Selama tiga bulan terakhir, area urban farming dirawat oleh Karang Taruna, Petani Milenial, serta KWT.

"Ada pembibitan, sampai proses komposting di sini. Dua bulan ini sudah menghasilkan sayur bayam, kangkung, sawi yang saat dipanen kami share ke grup PKK untuk ditawarkan dan dijual," kata Eka.

(rea/rir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER