ANALISIS

The Invisible Hand di Balik Guncangan Partai Beringin

CNN Indonesia
Kamis, 15 Agu 2024 08:42 WIB
Airlangga Hartarto mundur dari Ketua Umum Partai Golkar dengan alasan demi menjaga keutuhan Golkar dan stabilitas masa transisi pemerintahan Presiden Jokowi ke presiden terpilih Prabowo Subianto. ANTARA FOTO/Biropers-Muchlis
Jakarta, CNN Indonesia --

Airlangga Hartarto mendadak mundur dari Ketua Umum Partai Golkar dengan alasan demi menjaga keutuhan Golkar dan stabilitas masa transisi pemerintahan dari era Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) ke presiden terpilih yang juga Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto.

Setelah mundurnya Airlangga, Rapat Pleno DPP Golkar pada Selasa (13/8) malam pun menunjuk Agus Gumiwang Kartasasmita menjadi Plt Ketum.

Munas yang mulanya dijadwalkan pada Desember 2024, kini dimajukan menjadi 20 Agustus dengan agenda utama pemilihan ketua umum definitif.

Apa gerangan yang membuat Menteri Koordinator Perekonomian-nya Jokowi tersebut tiba-tiba mundur dari Golkar?

Invisible Hand eksternal

Pengamat tak memungkiri itu tak lepas dari intervensi pihak luar yang membuat kisruh internal Golkar mengemuka. Dugaan 'Invinsible Hand' dari eksternal itu juga yang dilihat Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro.

Agung berpandangan demikian karena berangkat dari pernyataan Airlangga yang mengaku salah satu alasannya mundur dari kursi Ketum Golkar  adalah menjaga soliditas internal partai.

Padahal, kata Agung, sebelumnya kabar bahwa Airlangga akan kembali menjadi ketua umum secara aklamasi di Munas Golkar pada Desember 2024 juga telah menguat.

Airlangga sebelumnya memang telah mengantongi dukungan dari banyak organisasi sayap partai Golkar, mulai dari MKGR, Kosgoro, KPPG, hingga AMPI.

"Sehingga memunculkan anomali, bahwa ini memang bukan sekedar mundur atas nama pribadi. Tapi ada arahan di mana intervensi ataupun kekuatan eksternal atas nama invisible hand atau orang kuat itu hadir untuk melakukan pengondisian, sehingga Pak Airlangga mundur," kata Agung kepada CNNIndonesia.com, Rabu (14/8).

Menurut Agung, selama ini untuk menduduki kursi Ketum Golkar setidaknya ada tiga pola yang harus dilewati seseorang. 

Pertama, ia memiliki jabatan publik. Kedua, ia dekat dengan lingkaran istana. 

Dan, ketiga, sosok itu harus memiliki logistik yang mumpuni untuk menjaring konsolidasi suara di Munas Golkar.

"Jadi tiga ciri khas itu sedikit banyak ada di Bahlil (Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahliil Lahadalia) . Walaupun yang kedua ini istana yang dimaksud bukan hanya Istana Merdeka Jokowi. Tapi juga ada 'Istana Hambalang' [merujuk ke rumah Prabowo] sebagai presiden terpilih," ucap Agung.

Dalam konteks jelang transisi pemerintahan ini, Agung mengatakan ketum definitif Golkar nantinya juga harus menjalin komunikasi secara intens dengan Prabowo.

Namun, dia mengatakan ada tantangan tersendiri bagi Bahlil, karena kedekatannya dengan Prabowo tak sedekat ke Jokowi. Selain itu, dia mengatakan faksi-faksi di internal Golkar juga harus bisa diredam ketua umum definitif yang terpilih nantinya, pun jika Bahlil yang terpilih.

"Bukan hanya challenge ke Pak Prabowo, challenge ke internal Golkar juga. Karena, kalau misalkan dia gagal mengonsolidasikan faksi-faksi di internal Golkar ini kan bisa membuat dinamika bahkan konflik antarfaksi," ujar Agung.

Peluang perubahan AD/ART

Selain itu, Agung juga menilai ada kans perubahan AD/ART yang membuat tokoh eksternal bisa masuk ke dalam struktur Golkar lewat Munas pada 20 Agustus mendatang.

Agung pun melihat juga peluang perubahan AD/ART di Munas nanti untuk mengakomodasi pihak eksternal itu masuk dalam struktur kepengurusan Golkar.

"Ya kalau Bahlilnya kurang tinggi aksetabilitas politiknya di internal Golkar, bisa jadi Pak Jokowi langsung yang ambil alih [Jadi ketum]," ucap dia.

"Kalau misalkan Pak Jokowi enggak ketum pasti wewenang Dewan Pembina diperkuat sama soal syarat ketum mungkin juga direduksi," imbuhnya.

Berlainan, Direktur Eksekutif Indostrategic Ahmad Khoirul Umam mengasumsikan jika benar Jokowi akan masuk struktur Golkar, tak ada jaminan ia akan langsung jadi pimpinan.

"Karena jika pilihan ini yang dilakukan, maka operasi politik ini akan terasa vulgar dan kasar, serta berpotensi melemahkan legitimasi kepemimpinannya," kata Umam kepada CNNIndonesia.com, Rabu (14/8).

Menurutnya, untuk mengakomodasi itu juga harus banyak hal yang dilewati mulai dari perubahan AD/ART hingga berhadapan dengan faksi-faksi besar di internal Golkar.

Ia pun berpandangan opsi yang realistis dan menjadi jalan tengah jika benar Jokowi berniat masuk Golkar ialah memilih ketum definitif yang loyal terhadapnya.

"Nama itu bisa saja ke Agus Gumiwang atau bahkan Bahlil Lahadalia yang dikenal cukup dekat dengan Jokowi," ucap dia.

Berlanjut ke halaman berikutnya...

 

Kekuatan Besar Goyang Pohon Beringin


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :

TOPIK TERKAIT