Orang Tua Paskibraka Sulteng dan Maluku Sedih Lihat Anak Tak Berjilbab

CNN Indonesia
Kamis, 15 Agu 2024 18:12 WIB
Orang tua Paskibraka asal Sulteng dan Maluku kecewa dan protes keras BPIP usai melihat anak mereka diharuskan melepas jilbab.
Aturan Paskibraka tak boleh pakai jilbab oleh BPIP dikecam publik. (ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN)
Makassar, CNN Indonesia --

Orang tua Zahra Aisyah merasa kecewa dan sedih setelah melihat anaknya yang menjadi perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) di Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) nasional tidak mengenakan hijab atau jilbab saat dikukuhkan oleh Presiden Joko Widodo.

Menurut ayah Zahra, Gatot Susilo Budianto, selama ini keluarga mengajarkan kepada anak-anak mereka pondasi agama Islam terkait kewajiban menggunakan jilbab bagi perempuan.

Gatot pun kecewa dengan kebijakan Badan Pembinaan ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi terkait aturan lepas jilbab.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Keseharian dia pakai jilbab. Di kegiatan yang sakral untuk kegiatan negara justru tidak memakai jilbab, kami sedih jujur saja saya sedih, miris juga dan agak kecewa juga dengan keputusan BPIP," ungkap Gatot kepada CNNIndonesia.com, Kamis (15/8).

Gatot menerangkan bahwa Zahra yang merupakan anak ketiga dari empat bersaudara tersebut dalam kehidupan sehari-hari selalu mengenakan hijab bahkan sejak duduk di bangku sekolah SD.

"Pakai jilbab mulai dari SD sampai SMA, dia juga sempat ikut Putri Pariwisata Morowali 2023 lalu, dan dia pakai jilbab, memang dasarnya dia pakai jilbab, kecuali kalau di rumah dia lepas," katanya.

Setelah mendapatkan kecaman dari publik, BPIP akhirnya mengizinkan 18 perwakilan daerah yang tergabung dalam Paskibraka nasional untuk dapat menggunakan hijab baik pada saat pengibaran maupun penurunan bendera.

Gatot pun bersyukur BPIP mengaku kesalahan dan adanya instruksi baru penggunaan hijab bagi para Paskibraka putri.

"Tapi saya bersyukur bahwa tadi sudah ada instruksi presiden untuk pelaksanaan pengibaran dan penurunan bendera sudah diperbolehkan memakai jilbab. Alhamdulillah didengarkan keluhan kami terkait itu," katanya.

Orang tua Paskibraka Maluku

Senada, ibu Paskibraka asal Maluku, Sari Murni (46), juga bersedih dan kecewa dan mengkritik keras BPIP karena jilbab sang anak Asih Arum Lestari dilepas.

"Saya melihat Arum membuka jilbab, saya kaget, saya kecewa, kenapa diharuskan membuka hijab, Sedangkan paskibraka kemarin-kemarin dibolehkan," ujarnya saat ditemui di rumahnya, Kamis, (14/8).

Murni juga mengungkapkan keluarga besar juga sangat kecewa atas peristiwa pelepasan jilbab Paskibraka. Pasalnya, Asih Arum Lestari sudah mengenakan jilbab sejak kecil, bahkan mulai rajin berjilbab sejak duduk di bangku kelas empat sekolah dasar (SD) atau saat usia 8 tahun.

"Kenapa tiba-tiba saat acara pengukuhan baru lepas jilbab, kita orang tua kaget, kecewa juga kenapa harus begitu," tuturnya.

Ia berharap, ke depan tak ada lagi aturan bagi paskibraka perempuan untuk melepas jilbab.

Sementara, guru Asih di SMA Negeri 2 Namlea, Kabupaten Buru, Maluku Diana mengatakan pihaknya tidak setuju dengan BPIP terkait pelarangan penggunaan jilbab selama mengikuti upacara kemerdekaan di IKN.

Ia bilang pelarangan jilbab bagi paskibraka putri tersebut sangat bertabrakan dengan nilai-nilai Pancasila. Tak hanya itu, menurut ajaran Islam juga melanggar akidah.

"Saya tidak setuju karena berjilbab menurut wajib hukumnya, jadi kalau dilepas itu dengan sendirinya melanggar akidah," ujarnya saat ditemui di SMAN 2 Namlea.

Sebelumnya, Kepala BPIP, Yudian menjelaskan alasan penyesuaian ketentuan seragam untuk anggota Paskibraka yang memakai hijab. Kata dia, pada tahun-tahun sebelumnya anggota Paskibraka diperkenankan mengenakan jilbab dalam upacara pengukuhan maupun pengibaran bendera pada 17 Agustus.

BPIP kendati memutuskan menyeragamkan tata pakaian dan sikap tampang Paskibraka pada 2024, sebagaimana tertuang dalam SE Deputi Diklat Nomor 1 Tahun 2024. Dalam surat itu, tidak terdapat pilihan berpakaian hijab.

Menurut Yudi, penyeragaman pakaian itu berangkat dari semangat Bhinneka Tunggal Ika yang dicetuskan oleh Presiden Sukarno. Nilai-nilai yang dibawa oleh Bapak Pendiri Bangsa, kata Yudian, berupa ketunggalan dalam keseragaman yang diterjemahkan oleh BPIP dalam wujud pakaian yang seragam.

"Karena memang kan dari awal Paskibraka itu uniform (seragam)," kata Yudian dalam konferensi pers, Rabu (14/8) sore.

"Tahu ya uniform itu seragam, harus sama, sehingga ketika kita melihat ini, 'Oh ya dari sana nggak ketahuan' pada saat ini dia bertugas sebagai pasukan yang menyimbolkan kebersatuan dalam kemajemukan," ujar Yudian.

(sai/mir)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER