Auditor BPKP Kumpulkan Bukti Konsumsi Tak Layak Atlet PON 2024 di Aceh

CNN Indonesia
Kamis, 12 Sep 2024 19:10 WIB
Ketua Bidang Konsumsi PB PON Wilayah Aceh menyerahkan sepenuhnya ke BPKP mencari bukti dugaan permainan yang dilakukan vendor bidang konsumsi atlet PON 2024.
PB PON Wilayah Aceh dan BPKP menggelar jumpa pers terkait konsumsi atlet di Aceh, Kamis (12/9/2024). (CNN Indonesia/Dani)
Banda Aceh, CNN Indonesia --

Auditor BPKP mulai mengumpulkan bukti konsumsi hingga porsi makanan bagi atlet dan official yang diduga tidak sesuai dengan harga yang tertera di rencana anggaran biaya (RAB) bidang konsumsi PB PON Wilayah Aceh.

Auditor Ahli Madya BPKP Aceh Jufridani mengatakan pihaknya sudah menerima informasi terkait dugaan adanya penggelembungan anggaran alias markup atau permainan harga konsumsi bagi atlet dan ofisial PON 2024 di Aceh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat ini tim BPKP sedang mengumpulkan informasi dan memotret kondisi real di lapangan yang nantinya dokumen dan data ini akan kita gunakan untuk review pertanggungjawaban pada saat mereka melakukan pembayaran," kata Jufridani saat konferensi pers membahas konsumsi atlet di Media Center PON Wilayah Aceh, Kamis (12/9).

Pihaknya juga belum menentukan apakah harga makanan yang tertera di RAB sesuai dengan kondisi di lapangan yang diterima atlet, ofisial, hingga panitia PON lainnya.

"Saat ini kita belum berbicara layak atau tidak layak dengan harga Rp50 ribu dan Rp18 ribu. Kita masih memotret kondisi di lapangan," ujarnya.

Berdasarkan data yang diterima, penyedia konsumsi PON di Aceh itu adalah PT Aktifitas Atmosfer yang berbasis di Jakarta Selatan sebagai vendor tunggal. Perusahaan itu mengelola konsumsi atlet hingga official PON 2024 dengan pagu anggaran senilai Rp42,3 miliar.

Dalam RAB itu juga disebutkan bahwa harga satuan per porsi makanan untuk atlet Rp50.900 dan secara keseluruhan mencapai Rp 30,8 miliar. Sementara untuk snack atlet per satuannya Rp18.900 dan nilai secara keseluruhan Rp11,4 miliar.

Namun, berdasarkan sejumlah laporan di lapangan, harga tersebut berbeda dengan kondisi riil yang diterima atlet hingga ofisial.

Sebagian atlet mendapat satu kotak nasi yang di dalamnya hanya telur bulat, irisan wortel dan air mineral gelas. Lalu ada yang mendapat lauk berupa ayam seukuran jari kelingking orang dewasa.

Lalu ada yang menerima nasi keras hingga lauk yang sudah basi. Persoalan itu diperparah dengan keterlambatan distribusi konsumsi yang sering telat sampai ke lokasi atlet beristirahat.

Ketua Bidang Konsumsi PB PON Wilayah Aceh, Diaz Furqan tak menampik soal laporan atlet yang menyampaikan adanya makanan yang tidak layak konsumsi hingga keterlambatan distribusi makanan.

Diaz beralasan keterlambatan itu diakibatkan komunikasi antara penghubung atau Liaison Officer (LO) dengan penyedia makanan dan atlet saat memesan pengiriman konsumsi. Selain itu jarak tempuh ke lokasi atlet juga menurutnya berpengaruh.

"Ada beberapa memang kondisinya tidak enak lagi seperti ayam tadi. Kami juga sudah beberapa kali menyampaikan kepada LO yang berada di lokasi. Soal keterlambatan kami sudah atasi dengan menambah armada untuk distribusi," katanya.

Diaz juga menyebut seharusnya menu dan porsi makanan yang diterima seluruh atlet itu seragam dan tidak berbeda-beda antara satu kontingen dengan kontingen lain sesuai harga yang tertera.

"Terkait makanan saya rasa seragam, tidak ada yang beda, yang namanya makanan untuk atlet dan official yang keluar dari vendor itu sama dan tidak terjadi perbedaan," ujar Diaz.

PB PON juga menyerahkan sepenuhnya ke BPKP terkait adanya dugaan markup harga yang diduga dilakukan vendor bidang konsumsi atlet.

"Pembayayaran kita itu real jika memang mereka tidak mematuhi dengan apa yang kita persyaratkan, nanti itu ada BPKP," ujarnya.

(dra/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER