Calon Gubernur Jawa Timur, Tri Rismaharini menceritakan kesuksesannya saat memimpin perbaikan Jalan Gubeng Surabaya yang ambles pada Desember 2018 silam. Ia mengeklaim proses rekonstruksi jalan itu bisa lebih cepat dari Jepang.
Awalnya, Risma menceritakan tentang kedua kakinya yang cedera robekan otot tendon. Hal itu terjadi saat ia mengatur lalu lintas di Surabaya yang macet akibat pohon tumbang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena cedera itu, Risma lantas diminta dokter untuk istirahat selama enam bulan. Ia pun mengaku tak bisa, karena merasa harus tetap menjalankan tugas sebagai wali kota.
Momen itu bertepatan dengan peristiwa Jalan Raya Gubeng Surabaya yang tiba-tiba ambles. Risma mengaku tak mau tinggal diam hingga memutuskan tetap bekerja menggunakan kursi roda.
"Tiba-tiba Jalan Gubeng ambles. Aku disitu setiap hari, karena aku harus pakai kursi roda, aku gunakan drone untuk mantau," kata Risma, saat acara Pioneerisma di Museum HOS Tjokroaminoto, Peneleh, Surabaya, Selasa (29/10).
Risma mengatakan, ia sendiri lah yang mengarahkan sopir ribuan truk pengangkut material serta ratusan pekerja alat berat untuk memperbaiki Jalan Gubeng yang ambles.
"Aku atur sendiri sehari 1.000 truk lebih, hampir 2.000 truk, ada seratus alat berat di sepanjang jalan. Aku ngatur sendiri, semua tak pegangi HT termasuk supir truk, ayo kanan, maju, dua truk maju," ujarnya.
Karena itu, kata Risma, proses perbaikan Jalan Gubeng diklaimnya bisa rampung lebih cepat daripada pemulihan jalan ambles akibat sink hole di Fukuoka, Jepang, 2016 silam.
"Orang ngomong, bandingkan, apakah [perbaikan Jalan Gubeng Ambles] itu akan lebih cepat dengan salah satu kondisi di Jepang? Ternyata kita lebih cepat dibandingkan yang terjadi di Jepang," pungkasnya.
Risma merujuk pada insiden lubang raksasa atau sinkhole yang tiba-tiba muncul di salah satu jalan utama di Fukuoka, Jepang, pada 2016 lalu.
Lubang dengan diameter sekitar 30 meter dan kedalaman 15 meter tiba-tiba muncul di jalana dekat Stasiun Hakata pada awal November 2016 hingga menyebabkan gangguan besar di pusat kota. Imbas dari insiden itu, aliran listrik, air, dan gas sempat terputus di area tersebut dan menutup akses jalan di sekitarnya.
Dikutip The Guardian, otoritas Jepang mampu menutup lubang dan memperbaiki jalan hanya dalam waktu 48 jam usai kejadian berlangsung. Meski begitu, jalanan tersebut baru dibuka tujuh hari setelah insiden lantaran uji coba dan faktor keamanan.
Sementara itu, Jalan Gubeng Surabaya ambles sedalam 20 meter dan lebar 30 meter, pada 18 Desember 2018. Hal itu diduga terjadi akibat proyek pembangunan basement Rumah Sakit (RS) Siloam yang bersebelahan dengan lokasi kejadian.
Jalan Gubeng yang ambles ini selesai diperbaiki dan dibuka kembali untuk umum pada 26 Desember 2018, sehingga total perbaikannya memakan waktu sekitar delapan hari. Meskipun beberapa penyesuaian dan penguatan tambahan masih dilakukan setelahnya.
(frd/rds)