AHY soal 100 Hari Prabowo: Too Early to Tell
Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menilai 100 hari pemerintahan Prabowo Subianto tak bisa memotret masa depan Indonesia hingga lima tahun ke depan.
AHY mengatakan Prabowo total akan memimpin selama 1.826 hari atau selama lima tahun sejak 20 Oktober 2024 hingga 20 Oktober 2029. Menurut dia, terlalu dini untuk menyimpulkan 100 hari menentukan gagal atau berhasilnya sebuah pemerintahan.
"100 hari itu bisa dikatakan belum bisa secara utuh kita memotret bagaimana masa depan Indonesia ke depan. 100 hari dari 1.826 hari, saya sudah hitung, dari 20 Oktober 2024 sampai 20 Oktober 2029," kata AHY dalam diskusi 100 Hari Kabinet di kawasan Sudirman, Jakarta Selatan, Jumat (31/1).
"Artinya too early to tell, terlalu awal untuk kita langsung menyimpulkan ini sukses atau ini gagal," imbuhnya.
Namun, AHY mengaku bersyukur di awal pemerintahan Prabowo respons masyarakat cukup tinggi terhadap pemerintahan Prabowo. AHY merujuk hasil survei yang mencatat tingginya persepsi publik terhadap pemerintahan baru.
"Oleh karena itu, tentu untuk menjawab ini bukan dengan berpuas diri, tapi melecut diri kita agar kita sama-sama bisa menjaga public trust," katanya.
Ketua Umum Partai Demokrat itu juga mengungkap arahan Prabowo terkait pembangunan infrastruktur hingga lima tahun ke depan. Menurut AHY, Prabowo terutama ingin agar pembangunan infrastruktur langsung berdampak pada rakyat.
Dia juga menilai bahwa proyek strategis nasional (PSN) harus terus dievaluasi menyesuaikan keadaan. Pemerintah terutama ingin agar total 280 PSN yang sudah ditetapkan berjalan on the track.
"Apakah sudah on the track, apakah sudah sesuai, apakah sudah sesuai dengan tujuan awal dan progresnya baik, atau ada hal-hal yang perlu dievaluasi," kata AHY.
Sementara, anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Herman Khaeron mengamini bahwa 100 hari kerja pemerintah tak bisa menjadi ukuran. Namun, menurut dia, program kerja 100 hari harus menjadi evaluasi agar perencanaan ke depan semakin baik.
"Tadi saya kira bagus, jangan membangun bendungan tapi kemudian tidak terinterkoneksi kepada sawah. Bendungan ada irigasi primernya, tidak ada sekundernya, bahkan tidak ada tersiernya," kata Hero, sapaan akrabnya.
(thr/isn)