Mengenal Selat Bali, Tempat KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam

CNN Indonesia
Minggu, 06 Jul 2025 06:41 WIB
Tim SAR gabungan melakukan operasi SAR terkait tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di perairan Selat Bali, Gilimanuk, Jembrana, Bali, Jumat (4/7/2025). (ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF)
Jakarta, CNN Indonesia --

Selat Bali menjadi episentrum pemberitaan dan perhatian nasional pada pekan ini setelah KMP Tunu Pratama Jaya pada Rabu (2/7) tengah malam lalu.

Operasi pencarian dan penyelamatan (SAR) gabungan pun masih dilakukan hingga hari kedua pascakejadian, Jumat (4/7) ini.

Selat Bali menjadi batas alam antara dua pulau besar di Indonesia yakni Jawa dan Bali, memiliki peran strategis yang tidak hanya penting secara geografis, tetapi juga dari sisi transportasi, ekonomi, hingga pariwisata.

Selat ini menghubungkan langsung Pulau Jawa bagian timur dengan Pulau Bali bagian barat, menjadikannya jalur laut vital bagi mobilitas masyarakat maupun distribusi logistik antarpulau.

Mengutip dari laman resmi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali, perairan ini menjadi salah satu batas wilayah Provinsi Bali di wilayah barat.

Secara geografis, Selat Bali memiliki lebar maksimal mencapai 82 kilometer dengan kedalaman rata-rata antara 50 hingga 60 meter.

Selat ini menghubungkan dua pelabuhan utama yaitu Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi (Jawa Timur) dan Pelabuhan Gilimanuk di Jembrana (Bali). Keduanya menjadi titik sentral penyeberangan bagi ribuan kendaraan dan penumpang setiap harinya.

Selain dua pelabuhan besar tersebut, kawasan Selat Bali juga memiliki pelabuhan rakyat seperti Pelabuhan Ikan Muncar di Banyuwangi. Pelabuhan ini dikenal sebagai salah satu pusat pengalengan ikan terbesar di Indonesia.

Di sisi pariwisata, beberapa titik yang populer dari perairan Selat Bali di antaranya Bangsring Underwater (Bunder) yang terletak di Desa Bangsring, Banyuwangi, serta Pulau Tabuhan dan Pulau Menjangan yang merupakan bagian dari Taman Nasional Bali Barat.

Pantai-pantai di sekitar Selat Bali juga turut memperkaya potensi wisata di wilayah ini. Di sisi Banyuwangi, sejumlah pantai seperti Pantai Watu Dodol, Pantai Boom, Pantai Cacalan, Pantai Solong, Pantai Cemara, Pantai Sobo, Pantai Kampe, Pantai Blimbingsari, Pulau Santen, dan Pantai Muncar menawarkan lanskap yang beragam.

Sementara itu, di sisi Bali, terdapat Pantai Gilimanuk dan Pulau Menjangan yang masuk dalam kawasan konservasi.

Namun, di balik segala pesonanya, Selat Bali juga menyimpan sisi kelam yang cukup berbahaya. Arus laut di selat ini terkenal sangat kuat dan berubah-ubah. Ditambah dengan faktor cuaca ekstrem seperti angin kencang dan ombak tinggi, perairan ini kerap menjadi lokasi kecelakaan laut yang merenggut nyawa.

Sejumlah insiden tragis pernah terjadi di Selat Bali. Salah satu yang paling menghebohkan adalah tenggelamnya KMP Yunicee pada 2021.

Peristiwa serupa juga menimpa KMP Gerbang Samudra 2, KMP Agung Samudra IX, dan terbaru adalah KMP Tunu Pratama Jaya pada tahun 2025. Insiden-insiden ini menggarisbawahi pentingnya perhatian serius terhadap keselamatan pelayaran di Selat Bali.

Merujuk pada Sistem Informasi Batimetri Nasional (SIBATNAS), kedalaman dan topografi Selat Bali beragam di mana di bagian selatannya adalah yang terdalam sekitar 200 meter. Sementara itu, bagian utaranya lebih dangkal.

Selat itu disebut secara geologi terbentuk sebagai hasil dari aktivitas tektonik yang memisahkan Pulau Jawa dan Bali jutaan tahun yang lalu. Proses terbentuknya selat itu adalah saat lempeng tektonik Eurasia dan Indo-Australia saling bertumbukan sehingga menyebabkan pergeseran tanah.

Secara geologi, Selat Bali tidak memiliki 'palung' dalam pengertian cekungan laut yang sangat dalam seperti palung samudra. Namun, perairan Selat Bali memiliki variasi kedalaman yang signifikan dan sering disebut sebagai 'cekungan' atau daerah dalam.

Dengan posisi yang krusial sebagai jalur penghubung dua pulau besar, Selat Bali memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat dan ekonomi daerah. Namun demikian, kondisi alam yang penuh risiko menuntut pengelolaan yang ketat, termasuk infrastruktur pelabuhan, armada kapal, serta sistem peringatan dini untuk cuaca ekstrem.

Operasi SAR KMP Tunu

Sementara itu, Tim SAR gabungan mendeteksi objek di bawah laut yang diduga kuat sebagai bangkai KMP Tunu Pratama Jaya di perairan Selat Bali dalam operasi pencarian dan penyelamatan (SAR) hari ketiga, Sabtu (5/7).

Kapal yang tenggelam tengah pekan ini disebut berada pada kedalaman 40-50 meter laut Selat Bali. Hal itu merupakan deteksi bawah air melalui citra sonar Dinas Navigasi Kementerian Perhubungan.

"Di titik lokasi mereka bisa mengidentifikasi adanya objek di bawah air yang patut diduga bahwa itu adalah kapal yang kita cari," kata Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas Laksamana Muda TNI Ribut Eko Suyatno di Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu malam.

Ribut mengatakan dari data itu, lokasi KMP Tunu Pratama Jaya disebut mengalami pergeseran sekitar 1-2 mil laut (nautical mile) ke arah utara dari posisi terakhir kapal atau last known position (LKP). Titik ditemukannya berbeda dari arah penemuan korban yang terbawa arus ke selatan.

"Dari last known position (LKP) sampai ke titik datum itu berjarak antara 1-2 nautical mile pergeseran, di mana ini adalah ke arah utara. Sementara korban banyak kita ketemukan saat kejadian terbawa arus ke selatan," ucapnya.

Selain itu, dari hasil identifikasi sementara, bentuk objek tersebut memiliki dimensi panjang dan lebar yang hampir sebanding, atau bisa dikatakan konsisten identik dengan bentuk KMP Tunu Pratama Jaya.

"Dari hasil identifikasi data yang kita dapatkan sore hari ini, spesifikasi bentuk benda di bawah air panjang dan lebar hampir bersamaan [sama dengan KMP Tunu Pratama Jaya]," ucap Ribut.

"Masih di kedalaman antara 40 sampai 50 [meter]," tambahnya.

Namun, kata Ribut, temuan ini masih perlu dikonfirmasi ulang oleh KRI Fanildo milik TNI AL. Pasalnya, KRI Fanildo yang dikirim ke lokasi pada Sabtu malam kemarin dilengkapi dengan teknologi dan peralatan pencarian bawah laut yang lebih canggih.

KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam dalam pelayaran dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali Rabu (2/7) tengah malam.

Petugas jaga Syahbandar melihat kapal tenggelam sekitar Pukul 23.35 WIB. Posisi terakhir kapal terlihat di perairan Selat Bali pada koordinat _8° 9'32.35"S 114°25'6.38_.

Hingga Sabtu (5/7) petang, dari total 65 penumpang dan awak kapal KMP Tunu Pratama Jaya yang tercatat dalam manifest, sebanyak 36 orang di antaranya sudah ditemukan.

Dari 36 korban yang ditemukan, 6 orang di antaranya dalam kondisi meninggal dunia, kemudian 30 orang selamat. Sedangkan 29 orang lainnya masih dalam pencarian.

Sementara itu dalam dua hari terakhir operasi pencarian, tim SAR gabungan belum menemukan korban lain, baik yang selamat maupun meninggal dunia.

(kay/kid)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK