KNKT: KMP Tunu Pratama Dikemudikan Nakhoda Pengganti

CNN Indonesia
Selasa, 08 Jul 2025 18:26 WIB
KNKT menemukan bahwa kapal Tunu Pratama Jaya dikemudikan nakhoda pengganti sebelum tenggelam di Selat Bali, Rabu (2/7).
Sejumlah personel Tim SAR gabungan Basarnas dan Polairud melakukan persiapan pencarian korban tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya Dermaga Aspal Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur. (ANTARA FOTO/Budi Candra Setya).
Surabaya, CNN Indonesia --

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terus melakukan investigasi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya. Temuan sementara, kapal itu dikemudikan nakhoda pengganti atau Mualim I sesaat sebelum tenggelam di Selat Bali, Rabu (2/7).

Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, temuan itu ia dapatkan pihaknya setelah memeriksa sejumlah awak kapal dan korban selamat. Dalam tragedi tersebut, Mualim I ditemukan selamat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui Mualim I memiliki sertifikat Diklat Pelaut Nautika atau dikenal ANT. Mualim I bertanggung jawab secara langsung kepada nakhoda dan berhak mengemudikan kapal namun atas persetujuan nakhoda.

"Yang selamat itu Mualim I. Nah Mualim I itu sebagai pelaut juga memiliki sertifikat ANT juga. Kalau kaptennya sedang istirahat, nakhoda pengganti itu adalah Mualim I," kata Soerjanto di Banyuwangi, Selasa (8/7).

Soerjanto menjelaskan, mulanya KMP Tunu Pratama Jaya dikemudikan Mualim I. Namun setelah dihantam ombak setinggi 2-3 meter, Mualim I membangunkan nakhoda yang sedang beristirahat.

Mualim I, kata dia, kemudian menginstruksikan seluruh penumpang untuk segera mengenakan jaket. Sementara kemudi telah diambil alih nakhoda.

Namun nahas tragedi itu tak terhindarkan. Dan nakhoda menjadi salah satu korban hilang yang sampai sekarang belum ditemukan.

"Tadinya Mualim I [memegang kemudi] terus dia membangunkan kaptennya. Terakhir Mualim I keluar untuk memerintahkan penumpang menggunakan pelampung. Sementara yang mengendalikan kapal kaptennya," ujarnya.

Sebelumnya KNKT juga menyatakan KMP Tunu Pratama Jaya sempat dihantam gelombang setinggi 2-3 meter sebelum tenggelam di Selat Bali.

Informasi itu didapatkan KNKT setelah menggali keterangan dari awak kapal dan korban yang selamat dari tragedi itu, mereka mengakui bahwa kapal dihantam ombak besar.
"Ya, dari beberapa wawancara memang kita mendengarkan, mendapatkan ada faktor gelombang yang cukup besar," ujar Soerjanto.

Namun KNKT belum bisa menyimpulkan apakah gelombang tinggi di Selat Bali tersebut menjadi faktor utama kecelakaan kapal yang menelan puluhan korban tenggelam.

KNKT masih melakukan analisa apakah KMP Tunu Pratama Jaya memiliki rancang bangun yang tahan dengan hantaman gelombang tinggi.

Untuk itu masih berupaya menelusuri dokumen terkait rancang bangun KMP Tunu Pratama Jaya ke Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) di Jakarta.

Selain itu juga terungkap bahwa KMP Tunu Jaya Pratama terakhir dilakukan perawatan pada Oktober 2024. Temuan itu juga menjadi materi pendalaman KNKT.

"Nanti kita ke Jakarta untuk mendapatkan data-data kapal yang sudah dikumpulkan di BKI di Jakarta, mengenai histori ketika dia dilakukan docking (perawatan) yang terakhir di bulan Oktober," katanya.

KMP Tunu Pratama Jaya dikabarkan tenggelam dalam perjalanan dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali Rabu (2/7) malam.

Petugas jaga Syahbandar melihat kapal tenggelam sekitar Pukul 23.35 WIB. Posisi terakhir kapal terlihat di perairan Selat Bali pada koordinat _8° 9'32.35"S 114°25'6.38_.

Hingga Selasa (8/7), dari total 65 penumpang dan awak kapal KMP Tunu Pratama Jaya dalam manifes, sebanyak 40 orang di antaranya sudah ditemukan.

Dari 40 korban yang ditemukan, 10 orang di antaranya dalam kondisi meninggal dunia, kemudian 30 orang selamat. Sedangkan 25 oranglainnya masih dalam pencarian.

Namun jumlah korban diperkirakan lebih dari 65 orang. Pasalnya data manifes penumpang KMP Tunu Pratama Jaya diduga tak valid. Banyak orang menaiki kapal tersebut tapi mereka tak tercatat dalam daftar manifes, hal itu terungkap melalui laporan para keluarga korban.



(frd/ugo)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER