Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan KMP Tunu Pratama Jaya mengalami kelebihan muatan hingga tiga kali lipat saat tenggelam di Selat Bali.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono ketika mengungkap hasil investigasi itu dalam kunjungan kerja Komisi V DPR-RI di Kantor ASDP Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Selasa (22/7).
Soerjanto mengatakan menurut stabilitas booklet, kemampuan muatan KMP Tunu Pratama Jaya adalah 137,7 atau 138 ton. Tetapi saat itu, kapal memuat 538 ton
"Nah, menurut menurut stabilitas booklet, kapal itu kemampuan muatnya adalah 137,7 atau 138 ton. Tapi total yang dimuat adalah 538 ton. Jadi kurang lebih tiga kalinya," kata Soerjanto.
Soerjanto menyebut kelebihan muatan itu lah yang menyebabkan kapal akhirnya tenggelam. Sebab, kapal telah berada pada garis batas muat.
"Dan ini yang menyebabkan garis muat tadi tenggelam. Karena memang sudah di luar dari kemampuan kapal tersebut," ucapnya.
Garis batas muat tersebut, kata Soerjanto, telah menyentuh 30 cm dari permukaan air. Sehingga dapat dipastikan, kapal mengalami overload.
"Jadi, permukaan air ini menyentuh istilahnya kalau di pelayaran di sini istilahnya ini pisang-pisang, Pak. Jadi pisang-pisang ini terhadap deck di sini adalah sekitar 30 sentimeter, Jadi di sini garis muatnya sudah terlewati. Nah, ini menandakan bahwa kapal overload," terangnya.
Berdasarkan data manifes, KMP Tunu Pratama Jaya memuat 22 kendaraan. Rinciannya, 8 kendaraan golongan VII, 3 kendaraan golongan VIB, 3 kendaraan golongan VB, 3 kendaraan golongan IVB, 4 kendaraan golongan VIA, dan 1 kendaraan golongan II.
Selain itu, kapal tersebut juga diduga memuat lebih dari 65 orang. Berdasarkan data manifes ada 53 penumpang dan 12 kru kapal. Tetapi, banyak korban ternyata tak tercatat dalam data manifes.
"Perbedaan antara nama yang tercatat dan riil orang yang menyeberang itu terjadi. Ini manifesnya tidak tidak sama dengan nama orangnya. Sebagian adanya orang yang bukan penumpang dan juga bukan awak kapal," kata dia.
Soerjanto menyebut saat kapal kelebihan muatan, seharusnya kru kapal secara bersama-sama bekerjasama agar kapal tidak melebih muatan.
"Kondisi ini harusnya secara namanya breed resource management atau team work di anjungan itu mereka bekerja sama yang dengan baik sehingga kalau ada kelemahan-kelemahan mereka bisa saling mengkoreksi dan memberikan masukan-masukan untuk perbaikan," katanya.
KMP Tunu Pratama Jaya dikabarkan tenggelam dalam perjalanan dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali Rabu (2/7) malam.
Petugas jaga Syahbandar melihat kapal tenggelam sekitar Pukul 23.35 WIB. Posisi terakhir kapal terlihat di perairan Selat Bali pada koordinat _8° 9'32.35"S 114°25'6.38_.
Hingga Selasa (22/7) atau 20 hari operasi pencarian korban, dari total 65 penumpang dan awak kapal sebagaimana data manifes KMP Tunu Pratama Jaya, sebanyak 49 orang di antaranya sudah ditemukan.
Dari jumlah itu 19 orang di antaranya dalam kondisi meninggal dunia, kemudian 30 orang selamat. Sedangkan 16 orang lainnya masih dalam pencarian.
Namun jumlah korban diperkirakan lebih dari 65 orang. Pasalnya data manifes penumpang KMP Tunu Pratama Jaya diduga tak valid. Banyak orang menaiki kapal tersebut tapi mereka tak tercatat dalam daftar manifes, hal itu terungkap melalui laporan keluarga korban dan hasil identifikasi yang dilakukan Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri.
(fra/frd/fra)