Chairman CT Corp, Chairul Tanjung, menyebut Indonesia harus transformasi besar-besaran di sektor ekonomi dan pendidikan jika ingin menjadi negara maju dengan pendapatan tinggi pada tahun 2045.
Hal ini disampaikan saat jadi pembicara dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai NasDem di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (9/8).
Menurut Chairul, standar negara maju berdasarkan Bank Dunia adalah memiliki pendapatan per kapita minimal 14 ribu dolar AS per tahun. Untuk mencapai itu, Indonesia perlu mengalihkan basis ekonomi dari sektor pertanian ke sektor jasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau ingin menjadi negara berpendapatan tinggi dan negara maju, pendapatan minimum harus 14 ribu dolar AS. Untuk mencapainya, kita harus melakukan transformasi dari pertanian ke jasa," kata Chairul Tanjung.
Chairul menjelaskan, transformasi ekonomi hanya bisa berhasil jika didukung peningkatan partisipasi pendidikan tinggi.
Ia memaparkan, pada 2011 partisipasi pendidikan tinggi di Indonesia baru 18 persen, sedangkan pada 2024 sudah mencapai 32 persen. Namun, untuk meraih status negara maju pada 2045, angkanya harus naik menjadi minimal 60 persen.
"Artinya, partisipasi masyarakat masuk perguruan tinggi atau pendidikan tinggi harus di atas 60 persen. Anggaran pendidikan kita sudah besar, 20 persen sesuai mandat, tapi aktivitas dan implementasinya masih menjadi tantangan," ungkapnya.
Sementara terkait kemiskinan, Chairul mengapresiasi cita-cita Presiden Prabowo Subianto untuk menghapuskan jumlah penduduk miskin. Namun ia menyoroti laju penurunannya masih relatif kecil.
Mengacu pada data BPS, Pulau Jawa memiliki jumlah penduduk miskin terbesar secara absolut sekaligus persentase tertinggi. Namun, menurut kriteria Bank Dunia, sekitar 60 persen masyarakat Indonesia masih masuk kategori miskin.
Lihat Juga : |
"Kenapa saya sampaikan ini? Bukan untuk membanding-bandingkan, tapi supaya kita tidak hanya menghapus kemiskinan dari data BPS, melainkan juga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat," jelasnya.
Chairul membandingkan tingkat ketimpangan Indonesia dengan sejumlah negara lain. Indonesia berada di tingkat ketimpangan sedang, lebih rendah dibanding Afrika Selatan dan Brasil yang ketimpangannya sangat tinggi, namun belum semerata Jepang.
"Kalau kita bisa mencapai standar Bank Dunia, inilah cita-cita yang harus kita capai," katanya.
(mir/vws)