Balita Sukabumi Meninggal Dengan Tubuh Penuh Cacing, RSUD Buka Suara

CNN Indonesia
Rabu, 20 Agu 2025 10:01 WIB
Dokter kebingungan dengan gejala penurunan kesadaran yang dialami R, sampai akhirnya seekor cacing menggeliat keluar dari hidung balita asal Sukabumi itu.
Ilustrasi cacing di dalam tubuh. iStockphoto/Christoph Burgstedt
Jakarta, CNN Indonesia --

Seorang balita perempuan inisial R, asal Kabandungan, Kabupaten Sukabumi harus meregang nyawa setelah tubuhnya dipenuhi cacing.

R masuk ke instalasi gawat darurat RSUD Syamsudin pada 13 Juli 2025 sekitar pukul 20.00 WIB. Saat tiba di rumah sakit, kondisinya sudah tidak sadarkan diri sejak sehari sebelumnya.

Dokter saat itu kebingungan menentukan penyebab pasti penurunan kesadarannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pasien datang dibawa keluarga dan tim pengantar dalam keadaan tidak sadar. Hasil pemeriksaan awal menunjukkan syok atau kekurangan cairan berat," kata dr Irfan, Humas sekaligus dokter IGD RSUD Syamsudin, kepada detikJabar, Selasa (19/8).

Syok berhasil ditangani, namun penyebab penurunan kesadaran belum diketahui pasti. Hingga kemudian, momen mengejutkan terjadi.

"Saat di IGD, tiba-tiba keluar cacing dari hidung pasien. Dari situ, kita mulai menduga ada kaitannya dengan infeksi cacing," ujarnya.

Setelah kondisinya sedikit stabil, R dirujuk ke ruang PICU untuk mendapat penanganan intensif anak. Dari hasil pemeriksaan medis, diketahui infeksi yang menyerang tubuhnya adalah askariasis, penyakit akibat cacing gelang (Ascaris lumbricoides) yang umumnya hidup di tanah.

"Infeksi bisa terjadi ketika telur cacing tertelan, baik melalui makanan, minuman, maupun tangan yang kotor. Telur akan menetas di usus, lalu berkembang jadi larva yang bisa menyebar lewat aliran darah ke organ-organ, bahkan otak. Itu sebabnya pasien bisa tidak sadar," jelas Irfan.

"Tapi di lain sisi, yang sering kita temukan di paru makanya kenapa cacing bisa keluar lewat saluran nafas kita. Jadi dia merambat naik ke saluran atas ke hidung atau mulut. Kalau kondisi tidak sadar kan cacing dengan leluasa bisa bergerak kemana-mana termasuk ke BAB nya juga, karena banyak sekali cacingnya. Sudah dipastikan sarang utamanya ada di usus," sambungnya.

Irfan menambahkan, kondisi lingkungan tempat tinggal R turut memengaruhi. Keluarganya tinggal di rumah panggung sederhana dengan tanah terbuka di bawahnya.

"Sepertinya pasien sering bermain di tanah tanpa alas kaki. Itu memperbesar risiko infeksi," kata dia.

Meski infeksi cacing kerap ditemukan, kasus parah seperti yang dialami R sangat jarang hingga berujung kematian. Apalagi, pasien juga diduga mengalami komplikasi lain, yakni tuberkulosis meningitis, mengingat orang tua R sedang dalam pengobatan TB paru.

"Jadi kemungkinan penyebabnya kombinasi antara infeksi cacing dan TB," ujar Irfan.

Sayangnya, upaya medis tak mampu menyelamatkan nyawa R. Kondisinya yang sudah kritis sejak awal membuat obat cacing tak bekerja optimal.

"R dibawa ke rumah sakit dalam kondisi terminal. Kalau penilaian saya pribadi sudah amat sangat terlambat dibawa ke rumah sakit. Obat yang kita berikan tidak bisa seefektif itu. Pada akhirnya, R meninggal dunia pada 22 Juli 2025 pukul 14.24 WIB," tutup Irfan.

R tinggal di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi. Edah (40), kerabat korban yang ditemui, membenarkan bahwa ia yang pertama kali melaporkan kondisi R ke relawan.

Edah menceritakan dirinya menyaksikan langsung ketika cacing sepanjang 15 sentimeter keluar dari tubuh R, tepatnya di bagian hidung. Saat itu tubuh lemah R terbaring di IGD .

"Iya, satu dari hidung mah emang itu ada, saya lihat. Saya kira itu alat dari rumah sakit. Katanya ibu itu ada apa dari rumah sakit bukan, enggak tau katanya. Bukannya di sini enggak pasang. Eh, saya mah enggak pasang kata perawat. Pas dilihat utek-utekan itu cacing," jelas Edah.

Berita selengkapnya di sini.

(gil)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER