Rapat lanjutan pansus hak angket DPRD Pati terkait pemakzulan Bupati Sudewo diwarnai dugaan kekerasan terhadap wartawan oleh rombongan Ketua Dewan Pengawas RSUD Pati, Torang Manurung, Kamis (4/9).
Dalam sidang itu, awak media menjadi korban kekerasan saat hendak mewawancarai Torang selaku Ketua Dewas RSUD RAA Soewondo atau RSUD Pati. Peristiwa terjadi usai Torang meninggalkan rapat pansus hak angket pemakzulan Bupati Pati di DPRD setempat.
Mengutip dari detikJateng, dugaan kekerasan terhadap wartawan itu bermula saat Torang memutuskan keluar (walkout) dari rapat tersebut. Dia kemudian berjalan untuk keluar dari Gedung DPRD.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya izin saya karena sudah memberikan jawaban. Saya sebagai hak warga negara mencukupkan diri. Maka saya izin meninggalkan tempat," kata Torang dalam rapat pansus di DPRD Pati, Kamis (4/9).
Torang yang saat itu memakai batik dan peci hitam berjalan ke luar dengan dikawal rombongannya. Sejak awal Torang keluar, sejumlah wartawan sudah mengikutinya dan meminta izin untuk wawancara.
Jelang pintu keluar Gedung DPRD Pati, orang-orang yang mengawal Torang menarik paksa dua wartawan yang berupaya melakukan wawancara di depan pintu keluar kantor wakil rakyat tersebut.
Akibatnya, satu wartawan wanita terlempar hingga terbanting di lantai. Sementara Torang terus berjalan keluar menuju mobilnya.
Ketua IJTI Muria Raya, Iwhan Miftakhudin menyayangkan aksi penghalangan sejumlah wartawan dan kekerasan yang diduga dilakukan tim pengawal Dewas RSUD RAA Soewondo Pati. Iwhan mengimbau kepada semua pihak agar menghormati tugas-tugas para jurnalis.
"Kami menegaskan bahwa melakukan intimidasi, kekerasan atau menghalang-halangi kerja jurnalistik adalah tindakan pidana sebagaimana tertuang dalam UU Pers No 40 tahun 1999," ujarnya.
"Kami meminta kepada aparat kepolisian agar ikut serta melindungi jurnalis yang tengah menjalankan tugasnya," imbuh Iwhan.
Sementara itu, Ketua Pansus Hak Angket DPRD Pati, Teguh Bandang Waluyo, meminta polisi menindak tegas kepada pelaku kekerasan.
"Atas nama Pansus Hak Angket DPRD Pati menyesalkan adanya kekerasan di DPRD. Karena DPRD rumah rakyat tidak boleh ada kekerasan di sana saya menyayangkan sekali," kata Bandang kepada wartawan.
Bandang meminta kepada polisi untuk menindak tegas kepada pelaku aksi kekerasan yang menimpa sejumlah wartawan saat meliput rapat pansus hak angket DPRD Pati.
"Videonya sudah tersebar, saya yakin pihak keamanan melangkah jangan dibiarkan. Kalau seperti ini dibiarkan Pati yang sudah baik sudah adem nanti timbul percik-percik yang tidak baik," terang dia.
Bandang menduga pelaku kekerasan terhadap wartawan itu bukan dari petugas di DPRD Pati, bukan polisi dan bukan TNI.
"Saya yakin bukan dari Sekwan DPRD, bukan dari oknum polisi dan bukan oknum TNI," terang dia.
Sebelumnya, Pansus Hak Angket DPRD Pati melakukan pemeriksaan terhadap Pimpinan Dewas RSUD Pati. Hal ini terkait seleksi dan penetapan Dewas RSUD RAA Soewondo yang diduga bermasalah.
Selain Kamis ini, rapat dengan agenda yang sama juga digelar pada Rabu (3/9). Dalam agenda rapat pada Rabu lalu, Bandang mengatakan diduga ada yang janggal dalam pengangkatan Dewas RSUD RAA Soewondo Pati. Dia bilang, Peraturan Bupati tentang RSUD RAA Soewondo Pati dibuat dengan tanggal yang sama dengan penetapan Surat Keputusan (SK) mengenai Dewas RSUD tersebut.
Kemudian dalam lanjutan rapat pansus pada Kamis ini, Torang walk out dari ruang dewan itu setelah tensi meningkat.
Kejadian memanas ketika Torang memilih walk out, karena merasa telah memberikan jawaban kepada tim pansus. Padahal rapat pansus masih berjalan.
"Saya izin saya karena sudah memberikan jawaban. Saya sebagai hak warga negara mencukupkan diri. Maka saya izin meninggalkan tempat," kata Torang dalam rapat di DPRD Pati, Kamis siang.
Kejadian itu membuat situasi rapat tersebut memanas. Sempat terjadi perdebatan panas atas aksi Torang walk out dari ruang pansus hak angket DPRD Pati.
Bandang menjelaskan rapat hari ini merupakan lanjutan dari agenda sehari sebelumnya yang sempat diskors.
"Nah di dalam pembahasan itu kami menanyakan terkait dengan keabsahan dari Dewas beliau menjawab tidak masalah," jelas Bandang kepada wartawan di lokasi, Kamis.
Dia mengatakan rapat pansus juga membahas terkait dengan pengurangan 220 eks tenaga medis di RSUD RAA Soewondo Pati.
"Kemudian beberapa pertanyaan Pak Dewas ini enggak mudeng tugas dari Dewas apa dia nggak paham tugas dari Dewas sehingga teman-teman menanyakan kalau tidak paham urusan Dewas tugas bapak ini apa?" jelasnya.
Menurutnya suasana memanas setelah Dewas ini tidak bisa menjawab sejumlah pertanyaan dari anggota Pansus Hak Angket. Lalu Ketua Dewas ini tiba-tiba izin walk out, akibatnya rapat pansus sempat memanas.
"Nah salah satu anggota pansus tidak mengetahui dari Dewas mengawasi ada problem dari masyarakat atau program di keuangan, sampai akhirnya teman teman ini tidak ada jawaban dari Ketua Dewas. Setelah dia tidak paham ada teman pansus tanya bapak tahu terkait dengan harga telur makanan di rumah sakit," terang dia.
Akhirnya rapat pansus dihentikan sementara. Rencananya pansus akan kembali digelar pekan depan.
Baca berita lengkapnya di sini.
(kid/ugo)