Peristiwa banjir yang melanda sejumlah titik di Bali pada Rabu (10/9) menyisakan penumpukan sampah yang menggunung.
Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Provinsi Bali I Made Rentin mengungkapkan, pihaknya kini tengah fokus pada penanganan timbunan sampah yang terbawa arus banjir, khususnya di kawasan mangrove di Denpasar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, banjir tidak hanya menyisakan kerusakan dan korban, tetapi juga meninggalkan tumpukan sampah dalam jumlah besar, terutama sampah plastik.
"Hari ini kami bersama komunitas dan kelompok nelayan turun langsung ke kawasan mangrove. Kita melihat tumpukan sampah, terutama plastik, yang cukup mengkhawatirkan. Tidak ada kata menyerah, apalagi lelah. Semua komponen kita gerakkan untuk membersihkan sisa banjir," kata Rentin, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (13/9).
Berdasarkan data DKLH, total timbunan sampah akibat bencana banjir pada tanggal 10 hingga 11 September 2025 mencapai 154,65 ton.
Sampah tersebut terdiri dari potongan kayu dan pohon tumbang, sampah organik, serta sampah anorganik seperti beton, lumpur, plastik, logam, kain, kaca, dan karet. Tidak sedikit pula ditemukan limbah B3 yang berasal dari barang hanyut maupun bangunan yang roboh.
![]() |
Sekitar 300 personel gabungan yang terdiri dari TNI-Polri, pemerintah daerah, komunitas, hingga kelompok nelayan dilibatkan dalam aksi bersih-bersih ini. DKLH sendiri menurunkan sedikitnya 80 kano yang masing-masing dioperasikan dua orang, dengan target mengumpulkan puluhan ton sampah dalam beberapa hari ke depan.
Rentin menargetkan, dalam tiga hingga empat hari ke depan, seluruh kawasan mangrove di wilayah Denpasar, Bali, dapat kembali bersih dari timbunan sampah plastik. Ia menegaskan, upaya ini bukan hanya tugas pemerintah, melainkan memerlukan kesadaran kolektif seluruh pihak, termasuk dunia usaha.
"Kita berharap ke depan ada kesadaran bersama bahwa ancaman sampah plastik sangat nyata. Saat banjir kemarin, yang paling dominan terlihat adalah sampah plastik. Ini menjadi peringatan bagi kita semua," ujarnya.
Rentin menyebutkan, bahwa pembersihan ini juga ditujukan untuk melindungi ekosistem mangrove dari kerusakan. Ia mengingatkan, jika tidak segera ditangani, tumpukan sampah dapat mencemari, bahkan mengakibatkan kematian tanaman mangrove.
"Fokus kita bukan hanya membersihkan, tetapi juga menyelamatkan mangrove agar tidak rusak akibat kontaminasi sampah. Semoga Bali segera pulih pasca banjir," ujarnya.
Banjir besar melanda sejumlah wilayah di Bali pada Rabu lalu. Sebanyak 17 orang dilaporkan tewas, sementara 5 orang lainnya masih dinyatakan hilang dan dalam pencarian hingga saat ini.
I Wayan Suryawan selaku Kepala UPTD Pengendalian Bencana Daerah BPBD Provinsi Bali mengatakan, untuk korban meninggal di antaranya 11 orang di Kota Denpasar, 3 orang di Kabupaten Gianyar, 2 orang di Kabupaten Jembrana, dan 1 orang di Kabupaten Badung.
"Jumlah pengungsi 146 orang tersebar pada pos [di Kota Denpasar]," ujar Wayan.
(kdf/asr)