Proses evakuasi korban musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidaorjo, terkendala konstruksi reruntuhan yang tak stabil.
Hal itu disampaikan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak saat meninjau lokasi kejadian, Selasa (30/9).
"Jadi kita menyaksikan sendiri bahwa tidak pernah berhenti. Sekalinya tadi sempat ada kekhawatiran semacam gemuruh itu karena itu tadi. Ada yang coba-coba masuk relawan mencoba melakukan sesuatu tapi malah berbahaya," kata Emil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Emil pun meminta kepada pihak keluarga dan masyarakat sekitar agar tak mendekat ke lokasi kejadian. Saat ini, area di sekitar Ponpes Al Khoziny pun disterilisasi dengan lebih ketat untuk menjaga keselamatan semua pihak.
"Kami mohon maaf lokasi tidak bisa diakses oleh banyak orang karena bahaya yang ditimbulkan justru kepada mereka yang masih ingin kita selamatkan dan kepada petugas yang mempertaruhkan nyawa di sana," ujarnya.
Ia turut meyakinkan kepada pihak keluarga bahwa hingga saat ini petugas masih terus berupaya melakukan evakuasi terhadap korban yang masih terjebak di reruntuhan.
"Kita terus berdoa. Kita berharap yang terbaik dari Yang Mahakuasa," katanya.
Seperti diketahui, bangunan musala tiga lantai di asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, ambruk, Senin (29/9) sore.
Saat kejadian, diketahui ada puluhan hingga ratusan santri sedang melaksanakan Salat Ashar berjemaah di gedung yang masih dalam tahap pembangunan tersebut.
Berdasarkan data Kantor SAR Surabaya hingga Selasa siang, terdapat 102 orang santri menjadi korban dalam peristiwa ini. Dari jumlah itu, tiga orang di antaranya dilaporkan meninggal dunia.