Mendagri: Paradigma Pembangunan Prabowo Ekonomi Kerakyatan
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengatakan Presiden Prabowo Subianto menggunakan pendekatan ekonomi kerakyatan ketimbang ekonomi liberal dalam membuat program pemerintah lima tahun ke depan.
Hal tersebut disampaikan Tito dalam acara Leadership Forum CNN Indonesia: Pilar Nusantara, Penopang Asta Cita di Auditorium Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (14/10).
"Kita tahu bahwa Bapak Prabowo memiliki paradigma yang sangat fokus kepada ekonomi kerakyatan. Semua program-program beliau itu berbasis untuk meningkatkan rakyat kecil, derajat rakyat kecil," kata Tito.
Lihat Juga :Leadership Forum CNN Indonesia Mendagri Tito Dorong Sinergi Pemerintah Daerah Wujudkan Asta Cita |
Tito mengatakan ekonomi kerakyatan ini tertuang dalam Asta Cita dengan 17 program prioritas. Program-program utama Prabowo antara lain ketahanan pangan dan swasembada pangan, ketahanan energi, Makan Bergizi Gratis, Sekolah Rakyat, hingga Koperasi Merah Putih.
"Intinya, paradigma Bapak Presiden Prabowo adalah paradigma yang berbeda dengan paradigma ekonomi liberal kapitalis. Di mana peran dari para negara menjadi sangat minimal diserahkan kepada market. Ditangani oleh tangan yang tidak kelihatan, invisible hand yang bergerak. Beliau tidak menginginkan itu," ujarnya.
"Karena kalau itu terjadi, maka yang kuat akan makin bertambah kuat, yang lemah akan bertambah lemah. Sehingga akibatnya gap antara yang tingkat atas, upper dan lower itu akan makin jauh. Oleh karena itulah paradigma beliau yang menurut saya, yang saya bisa baca, beliau berbasis kepada rakyat," sambung Tito.
Lebih lanjut, Tito menyebut peran pemerintah daerah sangat penting dalam mendukung berbagai program Presiden Prabowo yang tertuang dalam Asta Cita.
"Saya kira peran daerah sangat penting. Karena sekali lagi daerah bupati, gubernur, memiliki power, memiliki kekuasaan, bisa membuat regulasi, ada sumber daya yang sangat berpengaruh untuk daerah masing-masing," ujarnya.
"Jadi, kalau saja pembangunan Indonesia, pertumbuhan ekonomi Indonesia, inflasi, produk domestik bruto, dan lain-lain nasional, itulah agregat atau penjumlahan dari hasil kerja daerah," kata Tito menambahkan.
Tito berharap pemerintah daerah semua bergerak, kreatif, dan inovatif karena Indonesia memiliki potensi sumber daya baik Sumber Daya Manusia (SDM) hingga Sumber Daya Alam.
"Ini kalau semua bergerak dan tumbuh, maka agregatnya akan menjadi, angka nasional kita akan menjadi baik," ujarnya.
(fra/yoa/fra)