Bahlil soal Penolakan Soeharto Jadi Pahlawan Nasional: Biasa Saja
Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia merespons santai gelombang penolakan atas usulan Presiden ke-2 RI Soeharto menjadi pahlawan nasional.
Menurutnya suara penolakan terhadap usulan pemberian gelar ke Soeharto itu merupakan hal yang biasa dalam negara demokrasi.
"Ya, itu biasa saja," kata Bahlil di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (6/11).
Bahlil mengatakan Soeharto berperan besar bagi pembangunan di Indonesia. Ia mengklaim 32 tahun rezim Orde Baru (Orba) di bawah Soeharto merupakan pencapaian luar biasa.
Ia pun menyebut bahwa seluruh pihak haruslah menghormati jasa Soeharto bagi Indonesia.
"Jadi kita biasa saja. Kita tidak bisa melupakan bahwa apa yang dilakukan oleh Pak Harto selama 32 tahun itu sesuatu yang luar biasa," ucap dia.
Bahlil menyebut di bawah kepemimpinan Soeharto kala itu, Indonesia mampu terselamatkan dari tingkat inflasi yang begitu parah.
Lalu, sambungnya, Soeharto juga berkontribusi besar dalam membangun swasembada pangan dan energi di Indonesia.
Selain pembangunan selama masa Orba, Soeharto juga merupakan pendiri Golongan Karya--yang kemudian bertransformasi menjadi Partai Golkar.
Bahlil mengatakan kelahiran Golkar saat itu juga berperan dalam melawan ideologi komunisme yang menurut Bahlil hendak merebut kekuasaan dan mengganti ideologi Pancasila.
"Kalau kita mau bicara tentang manusia yang sempurna, kesempurnaan itu cuma Allah SWT. Semua ada plus minus," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, Soeharto masuk dalam daftar 40 nama yang diusulkan sebagai pahlawan nasional untuk ditetapkan pada tahun ini.
Daftar nama itu telah resmi diserahkan kepada Menteri Kebudayaan sekaligus Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (GTK) Fadli Zon di Kantor Kementerian Kebudayaan, Jakarta, Selasa (21/10).
Usulan itu menuai kontroversi di tengah masyarakat. Salah satunya dari Gerakan Masyarakat Sipil Adili Soeharto (GEMAS) yang menyatakan usulan itu merupakan langkah yang mengecewakan.
"Hari ini Kemensos lewat menterinya juga sudah mengirimkan usulan nama yang diserahkan kepada Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Tentu ini sebuah langkah yang mengecewakan tapi juga tidak mengagetkan," ujar Koordinator KontraS Dimas Bagus Arya selaku perwakilan dari koalisi saat dihubungi, Selasa (21/10).
Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) optimistis nama Pahlawan Nasional yang baru dapat diumumkan secara resmi sebelum memperingati Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November 2025.
"Ya mudah-mudahan, insya Allah, sih. Insya Allah sebelum 10 November dan nanti dari nama-nama itu akan dipilih beberapa nama," kata dia menjawab pertanyaan pewarta selepas upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97 di Museum Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (28/10) seperti dikutip dari Antara.
(mnf/kid)