Panas Purbaya dan Mangkubumi Berebut Takhta, Tedjowulan Merasa Dijebak

CNN Indonesia
Jumat, 14 Nov 2025 10:17 WIB
Konflik keraton Surakarta meruncing jelang pelantikan Raja usai Pakubuwono wafat. ( Tangkapan layar instagram @kraton_solo & detikJateng/Achmad Hussein Syauqi
Jakarta, CNN Indonesia --

Dua anak Sri Susuhunan Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan (SISKS), Pakubuwono XIII berebut klaim takhta Keraton Surakarta sepeninggal ayah mereka pada 2 November lalu.

Keduanya yakni, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (KGPAA) Hamangkunegoro Sudibyo Rajaputra Narendra Mataram atau biasa disapa Gusti Purbaya, dan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hangabehi alias Mangkubumi.

Gusti Purbaya merupakan anak bungsu atau putra tunggal PB XIII dari istri ketiganya, permaisuri GKR Pakubuwana (atau KRAy Pradapaningsih). Sedangkan Mangkubumi adalah anak sulung sekaligus putra tertua dari istri keduanya, KRAy Winari Sri Haryani.

Sebelumnya, Gusti Purbaya telah mendeklarasikan diri sebagai penerus takhta Keraton Surakarta pada Rabu (5/11) tiga hari setelah kematian ayahnya. Anak bungsu Pakubuwana XIII itu menyebut dirinya SISKS Pakubuwana XIV.

Sejak 2022, Pakubuwono XIII telah menobatkan KGPAA Hamangkunegoro atau Gusti Purbaya sebagai putra mahkota. Usianya baru 21 tahun ketika itu.

Nama lahirnya tercatat sebagai Gusti Raden Mas Suryo Aryo Mustiko, kemudian saat pengangkatan gelar berubah menjadi KGPH Purbaya atau KGPAA Hamangkunegoro.

Belakangan, Mangkubumi malah dinobatkan sebagai Pangeran Pati alias penerus takhta keraton lewat rapat di Sasana Handrawina Keraton Surakarta pada Kamis (13/11).

Hangabehi dinobatkan menjadi penerus tahta kerajaan usai keluarga besar Keraton Surakarta menggelar rapat di Sasana Handrawina Keraton Surakarta. Rapat tersebut dihadiri perwakilan trah raja-raja Keraton Surakarta, Sentana Dalem, dan paguyuban-paguyuban binaan Keraton.

Tampak hadir dalam rapat tersebut, adik-adik Pakubuwana XIII. Di antaranya Raja ad interim Keraton Surakarta, KG Panembahan Agung Tedjowulan, GRAy Koes Moertiyah Wandansari alias Gusti Moeng, dan GPH Suryo Wicaksono atau biasa disapa Gusti Nenok.

"Pada saat itu ada pelantikan. Pelantikan putranya Pakubuwana XIII yaitu Gusti Mangkubumi sebagai Pangeran Pati atau calon raja," kata Nenok usai pertemuan.

Nenok menceritakan, situasi di Sasana Handrawina sempat memanas usai penobatan Pangeran Pati. Kakak Mangkubumi, GKR Timoer Rumbay menyerbu Sasana Handrawina, tempat penobatan digelar.

"Mereka mengatakan bahwa acara ini bertentangan dengan komunikasi internal mereka," kata Nenok.

Situasi memanas

Namun, situasi di Sasana Handrawina sempat memanas usai penobatan Pangeran Pati alias calon Raja Keraton Surakarta. Anak sulung PB XIII dari istri pertama, GKR Timoer Rumbay yang menjadi kubu Purbaya menyerbu Sasana Handrawina, tempat penobatan digelar.

Timoer menuding Hangabehi atau Mangkubumi telah mengkhianati kesepakatan keluarga inti Pakubuwana XIII terkait sosok penerus takhta kerajaan sepeninggal ayahnya. Apalagi, kata dia, rapat juga tidak dihadiri sebagian besar adik-adik Pakubuwana XIII.

"Saya cuman sedih saja, Gusti Mangkubumi (KGPH Hangabehi) bisa berkhianat dengan kami putra-putri, kakak-kakak dan adik-adiknya. Itu saja yang saya sesalkan," kata Timoer.

Timoer menyebut rapat yang menetapkan Mangkubumi sebagai penerus tahta kerajaan tidak memenuhi syarat. Ia beralasan rapat tersebut tidak dihadiri keluarga inti Pakubuwana XIII.

"Putra-putri Pakubuwana XIII tidak ada yang hadir kecuali Mangkubumi," kata dia.

Selain itu, rapat tersebut juga tidak dihadiri sebagian besar adik-adik Pakubuwana XIII.

"Dari Pihak Pakubuwana XII yang hadir hanya enam, yang dua walk out dari 23 yang diundang. Silakan Anda menilai sendiri apakah ini benar dari segi hukum maupun dari segi adat," kata dia.

Lebih lanjut, kakak Purbaya itu memastikan Jumenengan Dalem Binayangkare Pakubuwana XIV akan tetap digelar sesuai rencana. Anak bungsu Pakubuwana XIII itu akan dilantik menjadi Raja Keraton Surakarta pada Sabtu (15/11) besok.

Tedjowulan merasa dijebak

Di sisi lain, Kanjeng Gusti Panembahan Agung Tedjowulan mengaku dijebak untuk merestui penobatan Mangkubumi menjadi Pangeran Pati. Dia mengakui rapat tersebut digelar atas inisiatifnya. Namun ia sama sekali tidak mengetahui penobatan Mangkubumi akan digelar dalam rapat tersebut.

"Saya mboten nate (tidak pernah) diajak rembukan pengukuhan dan sebagainya," kata Tedjowulan.

Adik Almarhum SISKS Pakubuwana XIII itu mengatakan sedianya rapat tersebut digelar agar semua pihak menahan diri selama masa berkabung.

"Mau saya tuh ndunungke (mengarahkan), kenapa kok harus tergesa-gesa seperti itu? Kan sudah sampaikan dari awal, (tunggu) 40 hari lah minimal (untuk membahas suksesi)," kata dia.

Namun setelah berembug bersama, peserta rapat mendadak meminta Tedjowulan untuk menjadi saksi penobatan Mangkubumi menjadi Pangeran Pati.

"Saya tahu-tahu dimintai untuk jadi nyekseni (menjadi saksi) proses tadi. Ada pengikraran, penobatan menjadikan Hangabehi atau Mangkubumi jadi pewaris Pakubuwana XIII Jadi sebagai Pangeran Pati," kata Tedjo.

Pensiunan TNI itu menegasikan dirinya sama sekali tidak tahu-menahu adanya agenda tambahan tersebut. Ia merasa dijebak untuk merestui penobatan Mangkubumi sebagai pewaris takhta.

"Kalau bahasa Inggrisnya di-fait acompli mungkin," kata dia.

Ditodong di depan orang banyak, Tedjowulan mengaku tak punya banyak pilihan. Ia terpaksa merestui Hangabehi saat sungkem di depan kakinya.

"Yo saya ini kan wong tuwek (orang tua) disungkemi, disuwuni pangestu (diminta restu), ya sudah saya pengestoni (restui) saja," kata Tedjo.

"Tapi prinsipnya saya enggak ngerti ada tambahan acara itu," lanjutnya.

(thr/dal)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK