Video seekor satwa yang diduga sebagai harimau atau macan ditemukan tewas di kawasan terdampak erupsi Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur, viral di media sosial.
Dalam tayangan video amatir yang beredar, kondisi satwa itu ditemukan tewas dengan sebagian badannya tertimbun material vulkanik erupsi Semeru. Perekam video itu meyakini hewan tersebut adalah macan.
"Lek iki duduk kucing, lur, macan asli iki, (ini bukan kucing, ini macan asli)," kata warga perekam video amatir tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga memperlihatkan fisik hewan, taring serta kulit hewan tersebut. Ia pun mempercayai satwa tersebut adalah macan.
Namun, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Jawa Timur, Satriyo Nurseno, menyebut berdasarkan laporan petugas di lapangan, satwa yang tewas itu berjenis kucing hutan.
"Itu hewan kucing hutan [bukan macan]," kata Satriyo saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com, Senin (24/11).
Ia mengatakan, satwa itu ditemukan tewas di area pertambangan pasir di Curah Kobokan yang menjadi jadi salah satu lokasi paling terdampak erupsi Semeru.
"Lokasi penemuan di sekitaran tambang kabel berdekatan dengan Pos Pantau Curah Kobokan," kata dia.
Diduga seekor kucing hutan itu tak bisa menyelamatkan diri saat erupsi Semeru terjadi, Kamis.
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya melaporkan Gunung Semeru meletus pada Rabu (19/11) pukul 16.00 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 2.000 meter di atas puncak.
Dalam letusan itu Gunung Semeru menghembuskan awan panas yang memiliki jarak luncur mencapai tujuh kilometer dari arah puncak dengan kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah utara dan barat laut.
Erupsi terekam di seismogram pos pemantauan gunung api di Lumajang memiliki amplitudo maksimum 40 mm dan durasi sekitar 16 menit 40 detik.
Aktivitas erupsi Gunung Semeru dipastikan berakhir pada pukul 18.11 WIB, namun pemerintah daerah dan Badan Geologi masih menetapkan status Level IV atau Awas untuk mengantisipasi potensi aktivitas lanjutan yang mungkin terjadi.
Hal ini sekaligus menjadi dasar ditetapkannya Status Tanggap Darurat Bencana Alam yang berlaku aktif hingga 26 November oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang.