Walhi Bantah Cuaca Ekstrem Dalang Banjir Sumut: Kerusakan Hutan

CNN Indonesia
Senin, 01 Des 2025 15:14 WIB
Walhi Sumut menyatakan banjir besar bukan hanya akibat cuaca ekstrem, tetapi juga kerusakan hutan dan alih fungsi lahan. Korban banjir terus meningkat.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatra Utara menilai banjir bandang yang melanda sejumlah wilayah beberapa waktu belakangan bukan semata-mata akibat cuaca ekstrem. (ANTARA FOTO/Yudi Manar)
Jakarta, CNN Indonesia --

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatra Utara menilai banjir bandang yang melanda sejumlah wilayah beberapa waktu belakangan bukan semata-mata akibat cuaca ekstrem.

Direktur Eksekutif Walhi Sumut Rianda Purba mengatakan banjir itu juga merupakan dampak kerusakan hutan yang masif dan alih fungsi lahan.

Berdasar catatan Walhi, dalam 10 tahun terakhir, 2 ribu hektare hutan di Sumut rusak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Perusakan hutan di sana itu disebabkan ya, dipicu ya, oleh beberapa perusahaan. Jadi kita menyangkal pernyataan dari Gubernur Sumatera Utara bahwa banjir tersebut karena cuaca ekstrem. Tapi pemicu utamanya bukan cuaca ekstrem ini, pemicu utamanya adalah kerusakan hutan dan alih fungsi lahan dari hutan menjadi non-hutan," kata Rianda dalam konferensi pers, Senin (1/12).

Ia mengatakan keputusan pemerintah pada 2014 terkait perubahan status kawasan hutan membuka pintu bagi perusahan untuk masuk dan merusak ekosistem di Bukit Batang Toru.

"Khususnya wilayah ekosistem Batang Toru atau Harangan Tapanuli ini seenaknya saja dirubah dari hutan, status hukumnya menjadi non-hutan, menjadi APL. Nah, itu salah satunya adalah SK Nomor 579. Nah, dari situ kemudian banyak investasi masuk di wilayah ekosistem tersebut," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Rianda juga mengatakan Walhi mendapat laporan soal kondisi di Desa Kwala Serapuh, Kabupaten Langkat, yang menurutnya belum mendapat bantuan.

Menurutnya, korban banjir di wilayah itu juga belum terdata oleh pemerintah.

"Itu mereka sudah 5 hari itu tanpa ada pasokan makanan di Langkat. Ini desa pesisir yang juga tenggelam, sudahlah sering menjadi korban banjir rob ya, kemudian di Besitang juga. Nah, ini mereka tidak ada pasokan makanan sama sekali dan belum terdata sebagai korban terdampak banjir ya di wilayah Langkat," katanya.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara sebelumnya mencatat jumlah korban akibat banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di provinsi semakin meningkat seiring operasi SAR yang masih intens dilakukan.

"Total warga terdampak saat ini mencapai 360.216 kepala keluarga atau 1.358.348 jiwa. Dari jumlah tersebut, 226 orang telah ditemukan meninggal dunia dan 188 masih hilang," ujar Kabid Penanganan Darurat, Peralatan, dan Logistik BPBD Sumut, Sri Wahyuni Pancasilawati, Senin (1/12) pagi.

Selain korban jiwa, sebanyak 603 orang mengalami luka-luka. Gelombang pengungsian juga terus bertambah seiring masih tingginya risiko di sejumlah lokasi.

(fra/yoa/fra)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER